Memakai aksesoris selain untuk melengkapi tampilan busana, juga bisa membuat sebagian orang lebih nyaman. Namun, memilih aksesoris yang sesuai agar bisa tampil berkesan tentu membutuhkan pertimbangan. Untuk aksesoris bross misalnya, meski bentuknya mungil tapi bisa menjadi finishing touch dari dandanan.
Dan inilah Bross juraiyang terbuat dari manik-manik, mote yang dipadukan dengan kreasi kreatif muda.
yang dibuat oleh tangan kreatif yang kini kian mulai digemari para Muslimah yang berbentuk Accessories,
ovi style
dan bertujuan tetap berpenampilan anggun, sopan, kalem namun mempunyai daya kreatif yang mengimbangi berkembangnya zaman serba modern dan memiliki sifat unik kreatif dan karismatik. berikut inilah Bross Jurai kreasi:
ovie style
ovi style
Pernik-pernik bross jurai diatas memang banyak digemari para remaja dan wanita paru baya karena bross jurai kreatif diatas mengandung unsur etnik dan terlihat lebih unik,
pasalnya trend mode sekarang berbau mewah dan lebih bervariatif namun tak kalah bagi kreatif muda sekarang meski hasil kreasi mereka dari bahan yang tak begitu mahal mereka mampu menembus seluruh pasar pelosok negri dengan harga yang terjangkau sehingga banyak diminati para pelajar dan masyarakat menengah kebawah, tak begitu sulit membuat pernik kreatif ini cukup dibutuhkan ketelitian dan kerajinan serta berexpresi dengan kreasi tanpa menjiplak ataupun meniru. cukup berimajinasilah dan kombinasikan dengan gerakan tanganmu.
Tak hanya dalam bentuk bross jurai saja yang ada disini, masih banyak produk kreatif lainya seperti kalung gelang anting dan banyak accessories lainya, serta jilbab-jilbab kreasi karya kreatif muda
sesuai pesanan anda dan silakan kunjungi kami diwilayah Solo dan sekitarnya;
ingin berlanjut melihat langsung karya-karya unik kami silahkan hubungi atau inbox
Sebelum ada Kalipso, komunitas rap di Solo berawal dari Kompetisi Rap
yang diadakan tahun 1993. Para finalis akhirnya membentuk grup rap C.A.T
. C.A.T Hip Hop Rapper Crew beranggotakan : Cat Meg, Doddy Bass, Laudy
Luke, Afiblek, Berly Bird, Bagus, Herry, Tondy, Ari. Setelah sering naik
panggung sana-sini, C.A.T diminta Donnie Beat untuk mengisi
program radio SASFM yaitu 'Rap It Up', satu-satunya program hiphop di
solo pada saat itu. Program radio hip hop 'Rap It Up' menjadi barometer
musik rap kota solo yang pada saat itu sangat minoritas. Setelah Donnie
Beat, Cat Meg, Doddy Bass, host program 'Rap It Up' SASFM yang terakhir
adalah Afiblek sampai denggan tahun 2001. Program radio 'Rap It Up'
akhirnya menjadi tempat kumpul rapper2 solo seperti Aji Double Jee a.k.a
Adrenoise Jee, Papie Slim, Addin 213, Andre, Lady Gan dll. Pada tahun
1998 nama Kasultanan HipHop Solo ( KALIPSO ) baru resmi dipakai sebagai
tempat bernaung. Big thanks and respect to Donnie Beat, Rap It Up dan
SAS FM yang membuat komunitas rap berkembang di solo dari C.A.T hingga
KALIPSO ,,,, hell yeah!!!!!!!!!!!! Pertengahan tahun 2002 saat musik
hiphop sedang diatas angin, Kalipso justru menghilang begitu saja,
tenggelam entah kemana. Mungkin pada waktu itu tidak ada penggerak
semangat untuk menjalankan komunitas ini, atau mungkin para anggotanya
sibuk dengan pekerjaan, kuliah dan urusan pribadi masing-masing. Jadi
Kalipso pada saat itu terbengkalai begitu saja tanpa ada kelanjutan.
Setelah hampir 6 tahun Kalipso mengalami mati suri, pada awal 2008
sebagian rapper yang masih aktif dari tahun 2000an sampai sekarang,
seperti Adrenoise Jee (Tha Nomen Nisco), Papie Slim (FUclan/TrahGali
Soulja), merasa perlu untuk membuat sebuah wadah di kota solo untuk
orang-orang yang masih berjuang dalam dunia hiphop. Dan saat itu
didukung oleh Mas Burhan (Kaisar Band) Ababil Studio yang memberikan
tempat untuk para rapper berkumpul dan mengadakan acara hiphop movement
untuk setiap bulannya. Keinginan itu muncul dengan tujuan yang
sama,yaitu memberikan wadah bagi para pelaku hiphop dikota solo sebagai
tempat saling bertukar pikiran, tukar pengalaman dan menjalin persaudaraan. Selain itu juga agar orang luar tahu HIPHOP KOTA SOLO
MASIH ADA DAN AKAN TETAP SELALU ADA. Maka dari itu kami semua sepakat
untuk menghidupkan kembali Kalipso sebagai bendera hiphop kota solo.
Diharapkan dengan adanya sebuah wadah seperti KALIPSO, hiphop di solo
bisa lebih akrab ditelinga masyarakat luas, lebih maju dan berkembang.
Dan tidak menutup kemungkinan dengan adanya Kalipso merangsang munculnya
para pejuang hiphop yang baru. Dengan bergabungnya beberapa DJ,
crew BreakDance, Beatbox dan Graffiti kedalam Kalipso, membuat suasana
tidak monoton dan sangat berbeda dalam setiap acara hiphop movement yang
diadakan oleh Kalipso. Dan tidak bisa dibilang sedikit para abdi dalem
Kalipso sampai saat ini. Terhitung sudah 25 grup rap dan solo rapper, 2
crew beatbox, 5 crew breakdance, 2 crew graffiti, dan 2 DJ. Kalau
ditotal per orang mungkin sudah 60 orang lebih anggota yang ada dalam
Kalipso. Di dalam Kalipso setiap anggota tidak hanya sebatas bermusik
tapi juga belajar bagaimana menghargai orang lain, belajar mencari
sahabat, belajar saling membantu satu sama lain, belajar untuk
berorganisasi dan bertanggung jawab akan tugas masing-masing didalam
komunitas ini. Maka dari itu di Kalipso ada sebuah struktural
kepengurusan, mulai dari ketua umum, wakil ketua, sekretaris, bendahara
dan lain sebagainya selayaknya sebuah organisasi (mungkin akan jadi
parpol kalo banyak pendukungnya hahahaha) HipHop? Rap? Hentakkan
beat ciri khas musik rap ala Run DMC, 2pac, I.C.P, Cypress Hill, dan
hingga Eminem mungkin sudah tidak asing lagi buat para telinga-telinga
masyarakat Indonesia soal musik hiphop. Tapi bagaimana dengan lirik lagu
berbahasa jawa dan bermacam-macam instrument alat musik tradisional
jawa yang dikawinkan dengan musik hiphop?? Hhmmmm mungkin itu masih
terdengar asing disebagian banyak orang. Warna kejawen (berbau jawa) itu
yang menjadi salah satu ciri khas menonjol lagu-lagu dari para rapper
Kalipso tapi tidak hanya lagu rap yang seperti itu yang ada dalam tubuh
Kalipso. Banyak jenis musik rap dalam Kalipso lainnya seperti Slow
Jamz, Dirty South, Crunk, Reggaeton, dan tema lagu yang diambil juga
bermacam versi seperti soal cinta, kehidupan pribadi yang lucu bahagia
hingga susah, kritikan sosial politik yang berlirik tajam dan tegas,
atau hanya sekedar tema sederhana kegiatan sehari-hari, bahkan ada juga
yang bikin lagu rap dangdut dengan meremix lagu dangdut yang sudah ada
tanpa menghilangkan idealism hiphop itu sendiri tentunya. Semua itu
keluar dengan sendirinya dari setiap individu yang berbeda, dan itu
menjadi sebuah kekuatan tersendiri bagi Kalipso. Untuk memudahkan
mencari lagu-lagu abdi dalem Kalipso silahkan berkunjung ke http://www.reverbnation.com/kalipsokasultananhiphopsolo
. Hampir semua lagu abdi dalem Kalipso ada di situs itu (tidak ada
unsur promosi lho ini, hanya sekedar memudahkan teman-teman dalam
mencari karya-karya kami hehehehehe). Beberapa rapper di Kalipso
seperti Rendy Jerk, FUclan, Tha Nomen Nisco, TrahGali Soulja, Semprong
Bolong, S.T.P, TDU, dll, sering juga menjadi opening acara-acara besar
yang diadakan di kota solo. Kalipso sendiri setiap bulan selalu
mengadakan acara hiphop movement, dengan tujuan agar tali persaudaraan
semakin erat dan selalu terjaga dengan baik dan memicu agar setiap
individu di Kalipso selalu berkreasi membuat karya-karya yang baru (ga
mungkin kan setiap bulan manggung kok lagunya ituuuuuu muluuuu
hohohohoho). Selain itu setiap hari minggu pagi juga para raper Kalipso
bergantian memeriahkan di Car Free Day dengan dentuman musik hiphop
dibeberapa sudut jalan Slamet Ryadi yang diadakan oleh PEMKOT Solo. Bagi
kami semua itu adalah sebuah penghargaan dan bonus dari hasil karya
perjuangan kami dalam antah berantah dunia hiphop di Indonesia. Kalipso selalu terbuka bagi siapa saja dan genre musik apa saja untuk
berbagi pengalaman dan bertukar pikiran, walaupun Kalipso bertitik berat
pada HIPHOP tapi bukan berarti Kalipso hanya melihat hiphop semata
untuk melangkah. Komunitas ini didirikan oleh banyak orang dan
diperuntukkan untuk banyak orang pula, jadi kami selalu membuka pintu
lebar-lebar untuk siapa saja yang ingin bergabung berjuang bersama
memperjuangankan hiphop dengan syarat berdomisili di kota solo dan
sekitarnya. Dan perlu banyak orang ketahui bagi kami “musik adalah
musik”, untuk didengar dinikmati dan mengungkapkan segala isi hati, jadi
semua musik tidak lah berbeda, hanya penyampaiannya saja dan format
yang beda dari setiap musik, tapi intinya??? Semua musik dan lagu sama
saja kan??? Jadi Kalipso anti mengkotak-kotakkan genre musik, semua
sama, berjuang dalam jalan yang berbeda tapi bertujuan pada satu titik
temu yang sama. “Penghargaan terbesar dalam hidup bukan lah saat orang
lain menghargai kita, penghargaan terbesar dalam hidup adalah disaat
kita bisa menghargai orang lain”. “Menjadikan setiap perbedaan
menjadi satu kekuatan”, mungkin kalimat itu yang membuat Kalipso
semakin solid dari hari ke hari. Bagi kami hiphop sudah menjadi bagian
dari hidup kami yang tak mungkin hilang begitu saja, bisa dikatakan
hiphop adalah harga diri kami. Ini semua adalah sebuah perjuangan dan
peperangan yang tak akan ada akhirnya. Bukan bagaimana cara kita
berjuang tapi untuk apa kita berjuang, bukan bagaimana cara kita
berkorban tapi untuk apa kita berkorban, dan bukan bagaimana cara kita
berperang tapi untuk apa kita berperang……
Malam hari, sepasang suami istri berbincang di depan pintu
keberangkatan internasional Bandara Soekarno-Hatta. Keduanya akan
berpisah setahun setelah hidup bersama sembilan tahun. Sang suami, Munir
Said Thalib, akan melanjutkan studi S2 bidang hukum humaniter di
Universitas Utrecht, Belanda. Pukul 21.30 WIB. Melalui pengeras suara,
seluruh penumpang pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 974
tujuan Amsterdam dipersilakan petugas bandara naik ke pesawat.
Rombongan orang kulit putih bergegas, banyak dari mereka adalah warga
negara Belanda. Munir juga akan menggunakan jasa maskapai andalan
bangsanya itu. Saat akan memasuki pintu pesawat, Munir bertemu
Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot Garuda yang biasa dipanggil Polly.
Status Polly dalam penerbangan ini adalah extra crew, yaitu kru yang
terbang sebagai penumpang dan akan bekerja untuk tugas lain. Mereka
bertemu di dekat pintu masuk kelas bisnis. Sebagai penumpang kelas
ekonomi, Munir sebenarnya akan lebih dekat dengan tempat duduknya bila
masuk melalui pintu belakang. Diawali percakapan dengan Polly, Munir
berakhir di tempat duduk kelas bisnis, nomor 3K. Kursi 3K adalah tempat
duduk Polly, sementara milik Munir adalah 40G. Polly selanjutnya naik ke
kokpit di lantai dua untuk bersalaman dan mengobrol dengan awak kokpit
yang bertugas. Saat pesawat mundur dan siap tinggal landas, Polly
dipersilakan oleh purser Brahmanie untuk duduk di kelas premium karena
banyak tempat duduk yang kosong di kelompok termahal itu. Purser adalah
pimpinan kabin yang bertanggung jawab atas kenyamanan seluruh penumpang,
termasuk kepindahan tempat duduk mereka. Lelaki berseragam pilot kemeja
putih dan celana biru dongker itu pun duduk di 11B.
Ada dua cerita tentang kepindahan Munir ke kelas bisnis itu, yaitu
menurut kisah brahmanie dan polly. Dalam sidang PN (Pengadilan Negeri)
Jakarta Pusat, Brahmanie bersaksi, “Saat sedang di depan toilet bisnis,
saya berpapasan dengan Saudara Polly. Lalu, Saudara Polly, sambil
memegang boarding pass warna hijau, bertanya dalam bahasa Jawa, ‘Mbak,
nomer 40G nang endi? Mbak, aku ijolan karo kancaku,’ (Mbak, nomor 40G di
mana? Mbak, saya bertukar tempat dengan teman saya.) tanpa menyebutkan
nama temannya. Karena nama temannya tidak disebutkan, saya ingin tahu
siapa teman Saudara Polly. Lalu, saya datangi nomor 3K, dan ternyata
yang duduk di sana Saudara Munir, yang lalu saya salami. Saudara Polly
tidak duduk di 40G, tapi di premium class nomor 11B atas anjuran saya
karena banyak tempat duduk yang kosong.” Sementara itu, dalam wawancara
di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Polly bercerita, “Saya ketemu
Munir di pintu pesawat Garuda Indonesia, di bandara Jakarta. Dia tanya
di pintu bisnis, ‘Tempat duduk ini di mana?’ Saya bilang, ‘Wah Bapak ini
di ekonomi, cuma tempat duduknya yang mana saya tidak hafal.’ Kemudian,
itu kan antre, ada banyak penumpang lain mau masuk, saya persilakan
duluan. Saya sebagai kru lebih baik ngalah, toh sama-sama naik pesawat,
nggak mungkin ditinggal. Setelah itu, karena saya mau masuk ke ruang
bisnis, mau melangkah ke dalam pesawat, saya bilang kepada Munir, ‘Saya
duduk di bisnis, kalau Bapak mau di sini, ya Bapak tanya dulu sama
pimpinan kabin, kalau diizinkan ya silakan, bila tidak ya mohon maaf.’
Bahasa saya seperti itu. Sudah, itu saja.” Sebelum pesawat tinggal
landas, di kelas bisnis, Yeti Susmiarti menyajikan welcome drink.
Penumpang diminta mengambil gelas berisi sampanye, jus jeruk, atau jus
apel. Munir memilih jus jeruk. Selesai minuman pembuka, pramugari senior
itu membagikan sauna towel (handuk panas), yang biasa digunakan untuk
mengelap tangan, lalu memberikan surat kabar kepada penumpang yang ingin
membacanya. Semua layanan itu disajikan Yeti sendiri, dengan bantuan
Oedi Irianto, pramugara senior, yang menyiapkan segala keperluannya di
pantry. Pukul 22.02 WIB pesawat yang dikendalikan Kapten Pilot Sabur
Muhammad Taufik itu tinggal landas. Untuk mengukur waktu tinggal landas
dan mendarat secara tepat, industri penerbangan menggunakan istilah
block off dan block on. Block off adalah waktu yang menunjukkan saat
ganjal roda pesawat di bandara dilepas dan pesawat mulai bergerak untuk
terbang. Block on digunakan sebagai penanda waktu kedatangan pesawat di
bandara tujuan, yaitu saat ganjal roda pesawat dipasang.
Sekitar 15 menit setelah tinggal landas, pramugari menawarkan
beberapa pilihan makanan dalam kemasan yang masih panas di atas nampan.
Di kursi 3K, Munir memilih mi goreng. Selesai mi, Yeti kembali memberi
tawaran minuman, kali ini lebih banyak pilihan daripada welcome drink.
Pilihannya adalah minuman beralkohol (wiski, gin, vodka, red wine, white
wine, dan bir), soft drink, jus apel serta jus jeruk Buavita, jus tomat
Berry, susu putih Ultra, air mineral Aqua, teh, dan kopi. Munir kembali
memilih jus jeruk. Setelah mengarungi langit pulau Jawa, Sumatera, dan
laut di sekitarnya selama 1 jam 38 menit, pesawat GA 974 mendarat di
Bandara Changi, Singapura pukul 00.40 waktu setempat. Zona waktu
Singapura satu jam lebih awal ketimbang WIB. Awak kabin memberi
penumpang waktu untuk jalan-jalan atau kegiatan apa saja di Bandara
Changi selama 45 menit.
Karena keluar dari pintu bisnis, Munir pun lebih cepat mencapai
Coffee Bean dibanding jika keluar dari pintu ekonomi. Usai singgah di
kedai itu, dia kembali menuju ke pesawat melaui gerbang D 42. Di
perjalanan menuju pintu Garuda, dia disapa oleh seorang laki-laki. “Anda
Pak Munir, ya?” “Iya, Pak.” “Saya dr. Tarmizi dari Rumah Sakit Harapan
Kita. Pak Munir ngapain ke Belanda?” “Saya mau belajar, mau nge-charge
satu tahun.” “Di mana?” “Utrecht.” “Wah, Indonesia kehilangan, dong.
Anda kan orang penting?” komentar dr. Tarmizi. “Ya… ini perlu untuk
saya, Pak,” timpal Munir sambil tersenyum. “Anda ‘kan pernah nulis
tentang Aceh. Bagaimana sih, bisa beres nggak tuh?” tanya dokter lagi,
sambil keduanya berjalan. “Ah, itu tergantung niat, Dok.” “Maksudnya?”
“Kalau niatnya membereskan, tiga bulan juga beres.” Kemudian, dokter
kelahiran Sumatera Barat itu mengeluarkan dompet dan memberi Munir kartu
namanya sambil berkata, “Kapan-kapan, bila perlu, silakan menghubungi
saya.” Munir menerima kartu nama dr. Tarmizi Hakim, lalu keduanya
berpisah. Si dokter masuk ke kelas bisnis, Munir menuju pintu bagian
belakang pesawat dan duduk di kursi 40G kelas ekonomi, sebagaimana
tercantum di boarding pass-nya. Karena Polly hanya sampai Singapura,
Munir pun kembali ke tempat duduk aslinya untuk penerbangan
Singapura-Amsterdam. Total waktu transit di Changi (antara block on dan
block off) adalah 1 jam 13 menit, jumlah waktu yang digunakan pesawat
untuk pengisian bahan bakar, penggantian seluruh awak kokpit dan kabin,
serta penambahan penumpang dari Singapura.
Pesawat tinggal landas dari Changi pukul 01.53 waktu setempat.
Penerbangan menuju Schipol ini dipimpin oleh Kapten Pantun Matondang,
dengan purser Madjib Nasution sebagai penanggung jawab pelayanan
penumpang. Sebelum pesawat mengangkasa, pramugari Tia mengecek kesiapan
penumpang untuk tinggal landas. Saat melakukan kewajibannya, dia
dipanggil oleh Munir yang meminta obat Promag. Pramugari bernama lengkap
Tia Dewi Ambara itu meminta Munir menunggu sebentar karena pesawat akan
tinggal landas dan seluruh awak kabin harus duduk di tempat
masing-masing. Kira-kira 15 menit kemudian, setelah pesawat di
ketinggian aman, Tia mulai membagikan selimut dan earphone, dilanjutkan
dengan makanan pengantar tidur. Saat Tia sampai di 40G, lelaki berkaus
abu-abu dan bercelana jins hitam itu sedang tidur. Tia membangunkannya
dan bertanya, “Apa Bapak sudah dapat obat dari teman saya?” “Belum.”
“Maaf, kami tidak punya obat.” Tia lalu menawarkan makanan, yang ditolak
oleh Munir. Namun, lelaki ini meminta teh hangat. Tia pun menyajikan
teh panas yang dituangkan dari teko ke gelas di atas troli. Munir
menerima uluran minuman itu, lengkap dengan gula 1 sachet. Ketika Tia
melanjutkan melayani penumpang lain, Munir melewatinya di gang menuju
toilet. Ini kali pertama Munir pergi ke toilet, sekitar 30 menit setelah
tinggal landas.
Tiga jam sudah pesawat besar itu terbang dan sedang berada di langit
India saat Munir semakin sering pergi ke toilet. Ketika berjalan di gang
kabin yang hanya diterangi oleh lampu baca, dia berpapasan dengan
pramugara Bondan Hernawa. Dia mengeluhkan sakit perut dan muntaber
kepada Bondan, serta memintanya memanggilkan dr. Tarmizi yang duduk di
kelas bisnis. Munir juga memberinya kartu nama dokter itu. Sesuai
prosedur untuk situasi semacam ini, Bondan pun melapor kepada purser
Madjib Nasution yang berada di Purser Station. “Bang, ini Pak Munir
penumpang kita sakit. Buang-buang air, muntah-muntah. Ini ada kawannya,
dokter, tapi saya tidak tahu duduk di mana. Tolong carikan tempat
duduknya,” ujar Bondan sambil menyerahkan kartu nama dr. Tarmizi. Madjib
mencari penumpang atas nama dr. Tarmizi Hakim di Passenger Manifest dan
menemukannya di kursi nomor 1J. Belum sempat dia beranjak, Munir sudah
berada di depan Purser Station. Sambil memegangi perut, Munir berkata,
“Saya sudah buang-buang air, pakai muntah juga. Mungkin maag saya
kambuh. Seharusnya tadi tidak minum jeruk waktu dari Jakarta-Singapura.”
Munir pun melanjutkan perjalanannya ke toilet. Madjib dan Bondan lalu
mendatangi 1J dan mendapati dr. Tarmizi sedang tidur di 1K, kursi
sebelah kanannya yang, karena dekat jendela dan dia dapati kosong, lalu
dia duduki. “Dokter, dokter…,” Madjib berusaha membangunkan. Keduanya
mengulanginya beberapa kali dengan suara lebih keras, tapi tidur dokter
bedah itu tetap tak terusik. Madjib kembali berjumpa Munir di gang dan
memintanya membangunkan dr. Tarmizi sendiri, sementara Bondan pergi ke
pantry untuk melaksanakan tugas terjadwalnya. Akhirnya, dr. Tarmizi
bangun. Munir menjelaskan kondisi tubuhnya yang saat itu tampak sangat
lemah dengan berkata, “Saya sudah muntah dan buang air besar enam kali
sejak terbang dari Singapura.” Dr. Tarmizi mengusulkan kepada Madjib
supaya Munir pindah tempat duduk ke nomor 4 karena tempat itu kosong dan
dekat dengannya. Munir pun duduk di kursi 4D. Dr. Tarmizi mengambil
posisi di samping kirinya. “Pak Munir makan apa saja dua hari terakhir
ini?” tanya dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular itu. Munir
hanya diam, mungkin akibat nyeri perutnya. Pertanyaan itu disambut oleh
Madjib, “Pak Munir tadi sempat minum air jeruk, padahal Pak Munir tidak
kuat minum jeruk karena punya maag.” Munir tetap diam, tidak
berkomentar. “Kalau maag tidak begini,” kata si dokter, yang lalu
bertanya kepada Munir, “Anda makan apa?” “Biasa saja.” “Kemarin?” “Biasa
saja.” “Kemarinnya lagi?” “Biasa saja.” Dokter itu melakukan
pemeriksaan secara umum dengan membuka baju pasiennya. Dia lalu
mendapati nadi di pergelangan tangan Munir lemah. Dokter berpendapat
Munir menunjukkan gejala kekurangan cairan akibat muntaber.
Munir kembali lagi ke toilet, diikuti dokter, pramugara, dan
pramugari. Setelah muntah dan buang air, dia pulang ke kursi 4D, sambil
terus batuk-batuk berat. Dr. Tarmizi meminta seorang pramugari
mengambilkan Doctor’s Emergency Kit yang dimiliki setiap pesawat
terbang. Kotak itu dalam keadaan tersegel. Setelah melihat isinya, dia
berpendapat obat yang tersedia sangat minim, terutama untuk kebutuhan
Munir. Dr. Tarmizi memerlukan infus, tapi tidak ada. Tidak ada obat
khusus untuk sakit perut mulas, juga obat muntaber biasa. Si dokter pun
mengambil obat dari tasnya sendiri. Dia memberi Munir obat diare New
Diatabs serta obat mual dan perih kembung Zantacts dan Promag. Dua
tablet untuk yang pertama dan masing-masing satu tablet untuk dua
terakhir. Dr. Tarmizi lalu meminta seorang pramugari membuatkan teh
manis dengan sedikit tambahan garam di dalamnya. Namun, lima menit
setelah meminum teh hangat itu, Munir kembali ke toilet. Munir rampung
setelah lima menit dan membuka pintu. Dr. Tarmizi lalu membimbing Munir
berjalan menyusuri gang sambil berkomentar kepada purser Madjib,
“Mengapa infus saja tidak ada padahal perjalanan sejauh ini?” Di kotak
obat pesawat terdapat cairan Primperam, obat antimual dan muntah, yang
kemudian disuntikkan dr. Tarmizi ke tubuh Munir sejumlah 5 ml (dosis 1
ampul). Injeksi di bahu kiri ini cukup berpengaruh karena Munir kemudian
tidur. Penderitaannya reda selama 2-3 jam.
Munir bangun dan kembali masuk ke toilet. Dia cukup lama berada di
dalamnya, kira-kira 10 menit, dan pintunya pun tidak tertutup dengan
sempurna. Madjib memberanikan diri melongok lewat celah yang ada dan
mengetuk pintu, tapi tidak ada respons dari orang yang sedang menderita
di dalam sana. Madjib membuka pintu lebih lebar dan melihat laki-laki 38
tahun itu sedang bersandar lemas di dinding toilet. Purser Madjib
langsung memanggil dokter yang selama setengah jam terakhir paling tahu
kondisi penumpangnya itu. Dr. Tarmizi mengajak Madjib dan pramugara Asep
Rohman mengangkat Munir kembali ke kursi 4D. Setelah didudukkan di
kursi, Munir menjalani pemeriksaan oleh dr. Tarmizi, dalam gelapnya
kabin pesawat yang hanya diterangi lampu baca. Kegelapan ini keadaan
yang tak bisa mereka atasi sebab demikianlah aturan penerbangan. Pertama
pergelangan tangan, lalu perut. Saat perutnya diketuk oleh si dokter,
Munir mengeluh, “Aduh, sakit,” sambil memegang perut bagian atas. Madjib
menyarankannya untuk ber-Istighfar, disambut Munir dengan menyebut,
“Astaghfirullah Haladzim, La Illaha Illa Llah,” sambil tetap memegangi
perut. Pramugari Titik Murwati yang berada di dekat situ berinisiatif
memberi balsem gosok, tindakan yang dia harap bisa membantu meredakan
derita penumpangnya. Atas persetujuan dr. Tarmizi, Titik menggosok perut
Munir dengan balsem yang bisa memberikan rasa hangat. Munir berkata dia
ingin istirahat karena capek. Dr. Tarmizi membuka kotak obat lagi dan
mengambil obat suntik Diazepam. Kali ini, dokter menyuntikkan 5 mg di
bahu kanan, juga dengan bantuan purser Madjib. Jarak antara kedua
suntikan sekitar 4-5 jam. Sesudah suntikan obat penenang itu, Munir
masih merasakan mulas di perut. Lima belas menit berlalu dan Munir ke
toilet lagi, ditemani dokter, purser, serta pramugari. Di dalamnya,
Munir muntah, diikuti buang air. Kembali ke tempat duduk, Munir berkata
dirinya ingin tidur telentang. Purser dan seorang anak buahnya
membentangkan sebuah selimut sebagai alas di lantai depan kursi 4D-E dan
sebuah bantal di atasnya. Dia pun berbaring di sana, dengan dua selimut
lagi diletakkan di atas tubuhnya agar hangat. Dr. Tarmizi berkata
kepada awak kabin itu supaya Munir dijaga, dan bahwa dirinya ingin
istirahat karena besok kerja (dia akan melakukan operasi jantung di
rumah sakit di Swole), sambil minta dibangunkan bila terjadi apa-apa
dengan Munir. Juga, dia berpesan agar mereka memastikan dokter dari
Amsterdam yang besok masuk ke pesawat membawa infus. Setelahnya, si
dokter kembali ke kursi di 1K dan tidur. Munir kembali bisa tidur, tapi
sering berubah posisi, dan posisi itu selalu miring, tidak pernah
telentang atau tengkurap. Madjib terus setia menjaga Munir sampai
sekitar 3 jam sebelum pesawat mendarat di Bandara Schipol, saat awak
kabin menyiapkan makan pagi penumpang.Madjib berjalan ke tempat duduk
dr. Tarmizi dan bertanya apakah perlu dirinya membangunkan Munir untuk
sarapan, yang dijawab dengan anjuran untuk membiarkan Munir tetap
istirahat. Madjib pun melakukan tugas rutinnya mengawasi lingkungan
pesawat.
Sekitar dua jam sebelum pesawat mendarat, jam 05.10 GMT atau 12.10
WIB, ketika sarapan masih berlangsung dan lampu kabin masih menyala,
Madjib kembali melangkahkan kaki mengunjungi “tempat tidur” Munir. Di
depan kursi 4D-E, dia melihat tubuh Munir dalam posisi miring menghadap
kursi, mulutnya mengeluarkan air liur tidak berbusa, dan telapak
tangannya membiru. Dia memegang tangan Munir dan mendapati rasa dingin.
Madjib yang kaget bergegas menuju kursi sang dokter. Dokter memegang
pergelangan tangan Munir sambil dengan tangan satunya menepuk-nepuk
punggung. Dia berulang-ulang berujar, “Pak Munir… Pak Munir….“ Akhirnya,
memandang purser Madjib, dr. Tarmizi berkata pelan, “Purser, Pak Munir
meninggal… Kok secepat ini, ya…. Kalau cuma muntaber, manusia bisa tahan
tiga hari.” Purser Madjib meminta Bondan dan Asep membantunya
mengangkat tubuh kaku Munir ke tempat yang lebih baik: lantai depan
kursi 4J-K. Munir berbaring di atas dua lembar selimut, kedua matanya
dipejamkan oleh Bondan, tubuhnya ditutupi selimut.
Bondan dan Asep membaca surat Yassin di depan jenazah Munir Said Thalib, empat puluh ribu kaki di atas tanah Rumania.
Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa
yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya.
Pada 20 Desember2005Pollycarpus Budihari Priyanto
dijatuhi vonis 14 tahun hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir.
Hakim menyatakan bahwa Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang
cuti, menaruh arsenik di makanan Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut. Hakim Cicut Sutiarso
menyatakan bahwa sebelum pembunuhan Pollycarpus menerima beberapa
panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen
senior, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Selain itu Presiden
Susilo juga membentuk tim investigasi independen, namun hasil
penyelidikan tim tersebut tidak pernah diterbitkan ke publik.
Pada 19 Juni2008, Mayjen (purn) Muchdi Pr, yang kebetulan juga orang dekat Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, ditangkap dengan dugaan kuat bahwa dia adalah otak pembunuhan Munir[1]. Beragam bukti kuat dan kesaksian mengarah padanya[2].Namun demikian, pada 31 Desember2008,
Muchdi divonis bebas. Vonis ini sangat kontroversial dan kasus ini
tengah ditinjau ulang, serta 3 hakim yang memvonisnya bebas kini tengah
diperiksa[3].
Film dokumenter
Untuk memperingati satu tahun kepergian Munir, diluncurkan film dokumenter karya Ratrikala Bhre Aditya dengan judul Bunga Dibakar di Goethe-Institut,
Jakarta Pusat, 8 September 2005. Film ini menceritakan perjalanan hidup
Munir sebagai seorang suami, ayah, dan teman. Munir digambarkan sosok
yang suka bercanda dan sangat mencintai istri dan kedua anaknya. Masa
kecil Munir yang suka berkelahi layaknya anak-anak lain dan tidak pernah
menjadi juara kelas juga ditampilkan. Munir dibunuh di era demokrasi
dan keterbukaan serta harapan akan hadirnya sebuah Indonesia yang dia
cita-citakan mulai berkembang. Semangat inilah yang ingin diungkapkan
lewat film ini.
Sebuah film dokumenter lain juga telah dibuat, berjudul Garuda's Deadly Upgrade hasil kerja sama antara Dateline (SBS TV Australia) dan Off Stream Productions.
Pada peringatan tahun kedua, 7 September 2006, di Tugu Proklamasi diluncurkan film dokumenter berjudul "His Strory". Film ini bercerita tentang proses persidangan Pollycarpus dan fakta-fakta yang terungkap di pengadilan.
Sejak 2005, tanggal kematian Munir 7 September, oleh para aktivis HAM dicanangkan sebagai Hari Pembela HAM Indonesia
Lahir: Malang, 8 Desember 1965
Jabatan: Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau HAM Indonesia Imparsial
Satu dari seratus tokoh Indonesia abad XX, majalah Forum Keadilan
Kasus-kasus penting yang pernah ditangani
Penasehat Hukum dan anggota Tim Investigasi Kasus Fernando Araujo, dkk, di Denpasar yang dituduh merencanakan pemberontakan melawan pemerintah secara diam-diam untuk memisahkan Timor-Timur dari Indonesia; 1992
Penasehat Hukum Kasus Jose Antonio De Jesus Das Neves (Samalarua) di Malang, dengan tuduhan melawan pemerintah untuk memisahkan Timor Timur dari Indonesia; 1994
Penasehat Hukum Kasus Marsinah dan para buruh PT. CPS melawan KODAM V Brawijaya atas tindak kekerasan dan pembunuhan Marsinah, aktifis buruh; 1994
Penasehat Hukum masyarakat Nipah, Madura, dalam kasus permintaan pertanggungjawaban militer atas pembunuhan tiga petani Nipah Madura, Jawa Timur; 1993
Penasehat Hukum Sri Bintang Pamungkas (Ketua Umum PUDI) dalam kasus subversi dan perkara hukum Administrative Court (PTUN) untuk pemecatannya sebagai dosen, Jakarta; 1997
Penasehat Hukum Muchtar Pakpahan (Ketua Umum SBSI) dalam kasus subversi, Jakarta; 1997
Penasehat hukum Muhadi (seorang sopir yang dituduh telah menembak
polisi ketika terjadi bentrokan antara polisi dengan anggota TNI AU) di
Madura, Jawa Timur; 1994
Anggota Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM di Timor Timur; 1999
Penggagas Komisi Perdamaian dan Rekonsiliasi di Maluku
Penasehat Hukum dan Koordinator Advokat HAM dalam kasus-kasus di Aceh dan Papua (bersama KontraS) sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Munir_Said_Thalib
Allah tidak menjadikan sesuatu dengan sia-sia. DilengkapNya manusia dengan emosi dan nafsu untuk membolehkan kita menikmati pembangunan dan kemajuan.
DiturunkanNya Al-Qur’an
sebagai panduan untuk kesejahteraan hidup. DiingatkanNya kita untuk
memasuki Islam secara keseluruhan. Masalahnya sebahagian dari kita
memilih-milih mana yang kita mahu ikut dan itulah sebabnya keadaan
bercelaru.
Ayat pertama dalam Al-Qur’an minta kita membaca dan mencari ilmu pengetahuan.
Allah menyuruh kita menggunakan akal dan berfikir serta mengamalkan
kesabaran dan tidak terburu-buru membuat sesuatu. Allah tulus dan tiada
yang tersilap. Contohnya hukum potong tangan bagi orang yang mencuri
karena diakhirat Allah mengunci mulut kita dan membenarkan tangan dan
kaki menjadi saksi. Manakan kita akan terlepas azab Allah jika tangan
kita berbicara tentang kesalahan kita mencuri.
ada apa dengan pemimpin sekaran ini : menela sebuah ayat:
Orang-orang zalim itu (tidak
berfikir) bahkan menurut hawa nafsu mereka (melakukan syirik) dengan
tidak berdasarkan pengetahuan. Maka tiada sesiapa yang dapat memberi
pertunjuk kepada orang yang disesatkan oleh Allah (disebabkan bawaannya
sendiri), dan tiada pula bagi mereka sesiapa yang dapat menolong
melepaskan mereka dari azab.”
Akal
imam Abu Ja’far Muhammad Al-Baqirberkata,
“Ketika Allah menciptakan akal, Dia mengajaknya berbicara. Allah
berkata, ‘Menghadaplah (kepada-Ku)!’ Maka, akalpun segera menghadap.
Kemudian Allah berfirman kepadanya, ‘ Demi kebesaran dan kemuliaan-Ku,
tiada makhluk yang lebih Aku cintai daripada kamu. Dan tidak Aku
sempurnakan kamu melainkan pada orang-orang yang Aku cintai. Kepadamulah
Aku menyuruh, melarang, menyiksa, dan memberi pahala.’”
Kata akal yang menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab Al `aqli yang terbentuk dalam kata benda. Berlainan dengan kata Al wahyi
,tidak terdapat dalam Al qur`an. Dalam pemahaman Prof. Izuttsu, kata
‘aql dijaman jahiliyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis (practical
intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut dengan
kecakapan memecahkan masalah (Problem Solving Capacity). Orang berakal
menurut pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk
menyelesaikan masalah, setiap kali Ia dihadapkan pada suatu problema dan
selanjutnya dapat melepaskan diri dari bahaya yang Ia hadapi.’Aqala
juga mengandung arti, memahami dan berfikir. Tetapi timbul pertanyaan
apakah pengertian, pemikiran dan pemahaman dilakukan melalui akal yang
berpusat dikepala.
Akal terbagi menjadi dua bagian :
Akal praktis (‘Aamilah)
yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indera
pengingat yang ada pada jiwa binatang.seperti contoh : insting seekor
kucing ketika dipukul oleh seseorang , maka pada suatu ketika saat dia
beertemu dengan orang yang memukulnya, maka dia akan lari namun dia
tidak tahu sampai kapanpun mengenai mengapa dia dipukul.
Akal teoritis (‘Aalimah) yang menangkap arti-arti murni, arti-arti yang tak pernah ada dalam materi seperti Tuhan, roh dan Malaikat.
Akal
praktis memutuskan perhatian kepada alam materi, menangkap kekhususan.
Akal teorotis sebaliknya bersifat metafisis, mencurahkan perhatian
kepada dunia materi dan menangkap keumuman (kulliat universals).
Kataemosiberasal
dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti
kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak
dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411)
emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan
biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya EMOSI,merupakan
reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai
contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,
sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong
seseorang berperilaku menangis.
Emosiberkaitan
dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan
salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat
merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakanbeberapa macam emosiyang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, dan kemesraan.
Terkejut : terkesiap, terkejut.
Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka.
malu : malu hati, kesal.
Emosi dan perasaan akan bergolak dikarenakan dua hal; kegembiraan yang memuncak dan musibah yang berat.
Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda,
“sesungguhnya aku melarang dua macam
ucapan yang bodoh lagi tercela: keluhan tatkala mendapat nikmat dan
umpatan tatkala mendapat musibah”.
Dan Allah berfirman,:
“(Kami jelaskan yang demikian
itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu,
dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu)” (QS. Al-Hadid: 23).
Emosi yang tak terkendali hanya akan
melelahkan, menyakitkan, dan meresahkan diri sendiri. Sebab, ketika
marah, misalnya, maka kemarahan akan meluap dan sulit dikendalikan. Dan
itu akan membuat seluruh tubuhnya gemetar, mudah memaki siapa saja,
seluruh isi hatinya tertumpah ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia
akan cenderung bertindak sekehendak nafsunya. Adapun saat mengalami
kegembiraan, ia menikmatinya secara berlebihan, mudah lupa diri, dan tak
ingat lagi siapa dirinya.
Begitulah manusia, ketika tidak menyukai
seseorang, ia cenderung menghardik dan mencelanya. Akibatnya, seluruh
kebaikan orang yang tidak ia sukai itu tampak lenyap begitu saja.
Demikian pula ketika menyukai orang lain, maka orang itu akan terus dia
puja dan sanjung setinggi-tingginya seolah-olah tak ada cacatnya.
Dalam sebuah hadist dikatakan :
“cintailah orang yang engkau cintai
sewajarnya, karena siapa tahu ia akan menjadi musuhmu di lain waktu, dan
bencilah musuhmu itu sewajarnya, karena siapa tahu dia menjadi
sahabatmu di lain waktu”.
Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda,“Ya Allah saya minta pada-Mu keadilan pada saat marah dan lapang dada”.
“Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit
dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)
bagi kaum yang memikirkan.” (QS Al-Baqoroh : 164).
Faktaadalah sebagai faktor nyata atausuatu realitasyang
ada di suatu tempat dan dalam waktu tertentu tentang apa yang kita
amati (lihat ,dengar, raba ,cicip dan cium), realitas yang kita amati
itu bisa berupa kejadian, benda simbol sifat dan lain sebagainya.
Artinya informasi yang kita peroleh dari sebuah pengamatan. Boleh juga
sebagai situasi atau kondisi yang telah terjadi yang diperoleh dari
pengalaman iderawi. Fakta saangat bersifat objektif. Jenis fakta yang
paling sederhana adalah fakta atomik, yakni fakta paling dasar dan tidak
dapat direduksi. Ia tidak dapat dibagi kedalam komponen-komponnen,
tetapi merupakan kombinasi dari benda-benda dan objek pengertian. Pada
dasarnya fakta atomik tidak dapat dipakai untuk membuktikan adanya fakta
atomik lainnya. Atau boleh juga dipakai istilah lain yakni fakta nuklir
(inti atom) yang tidak mungkin diurai lagi.
Fakta (bahasa Latin: factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia atau data keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan.
Fakta seringkali
diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik
karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun
karena mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang
sesungguhnya
Diluar lingkup keilmuan fakta sering pula dihubungkan dengan:
Suatu hasil pengamatan jujur yang diakui oleh pengamat yang diakui secara luas Galat biasa terjadi pada proses interpretasi makna dari suatu pengamatan.
Kekuasaan kadang digunakan untuk memaksakan interpretasi politisi yang benar dari suatu pengamatan.
Suatu kebiasaan
yang diamati secara berulang; satu pengamatan terhadap fenomena apapun
tidak menjadikan itu sebagai suatu fakta. Hasil pengamatan yang berulang
biasanya dibutuhkan dengan menggunakan prosedur atau definisi cara
kerja suatu fenomena.
Sesuatu yang dianggap aktual sebagai lawan dari dibuat Sesuatu yang nyata, yang digunakan sebagai bahan interpretasi lanjutanInformasi mengenai subyek tertentu Sesuatu yang dipercaya sebagai penyebab atau makna.
Fakta ilmiah
sering dipahami sebagai suatu entitas yang ada dalam suatu struktur
sosial kepercayaan, akreditasi, institusi, dan praktik individual yang
kompleks.
Dalam filsafat ilmu, sering dipertanyakan (yang paling terkenal adalah oleh (Thomas Kuhn) bahwa fakta ilmiah sedikit banyak selalu dipengaruhi oleh teori (theory-laden),
contohnya adalah, untuk mengetahui apa yang harus diukur dan bagaimana
cara pengukurannya memerlukan beberapa asumsi mengenai fakta itu
sendiri.
Sungguhpun emosi tidak dapat dipisahkan daripada fitrah kehidupan manusia, tetapi dalam pembentukan masyarakat bertamadun, akal dan fakta harus diletakkan lebih tinggi daripada emosi.
Dalam sebuah masyarakat yang sedang membentuk serta memperkukuhkan
tamadunnya, seperti INDONESIA,MALAYSIA DAN BRUNEI, sesuatu isseu turut
ditanggapi oleh setengah pihak dengan akal dan fakta yang berasas kerangka perlembagaan atau fakta berkaitan, kerana inilah kaedah yang lama kelamaan akan memperkasa tamadun( keadaan berkehidupan bermasyarakat).
Akan tetapi setengah pihak akan menanggapi isseu yang sama berasaskan emosi semata-mata,
karena emosi boleh menjadi ‘bumbu bahan bakar’ bagi sesuatu dengan
tujuan tertentu, untuk mendapat perhatian, atau untuk mendapat
pencptaraan segera, bukan tujuan memperkasa tamadun.
Golongan ini tidak menggunakan
perlembagaan atau fakta berkaitan sebagai aksi penghujatan mereka.
Golongan ini lebih gemar melakukan pendekatan konfrontasional.
Tidak pernah tercatat, emosi memperkasa sesuatu tamadun umat manusia.
Sebab itu dalam sebuah negara diperlukan
jaringan kerjasama sosial, serta organisasi kemasyarakatan yang lebih
waras, yang berhujah dan bertindak dengan akal dan fakta, untuk membuat
masyarakat berfungi dengan lebih baik.
jangan pusat hanya mendengar tapi menutup telinga dan mata,
Individu dan organisasi yang
bertanggungjawab mempunyai kebebasan untuk bersuara secara rasional dan
memberi kritikan membina walaupun pedas seperti sambel ijo.
Bagaimanapun kaedah yang intelektual selalu kurang disenangi oleh golongan yang suka membakar emosi,membuat sansionasional dan konfrontasional.
Barometer tamadun sebuah negara dan masyarakat dapat diukur melalui tenang atau tidaknya perjalanan sehari-hari masyarakatnya.
Jika masyarakat sering bergejolak
semata-mata akibat pembakaran emosi, maka ia memberi tanda jauhnya dari
semangat tamadun yang tinggi.
Akan tetapi individu, organisasi dan
masyarakat seluruhnya berkemungkinan akan mencipta suatu gerakan
kolektif secara besar-besaran, sekiranya timbul isseu yang melibatkan
kepentingan, tujuan serta nilai bersama.
Suatu ‘revolusi‘
terpaksa digerakkan bagi menumbangkan rezim yang menindas kepentingan,
tujuan serta nilai murni rakyat yang mengharapkan kehidupan lebih baik
sebagai tanda dekatnya dari semangat tamadun yang tinggi.
Negara-negara Arab dan beberapa negara sedang membangun di Asia dan Afrika.
Pendekatan politik pemerintah acap kali
disandarkan pada kepentingan jangka pendek, kenapa tidak membuat
rancangan program jangka panjang hingga tidak mudah di recokan atau
takut akan keadaan globalisasi yang mudah berubah-ubah.
Dalam situasi inilah membina
masyarakat bertamadun melakukan pembetulan, agar berbagai aspek
kehidupan masyarakat berfungsi dengan baik, teratur dan berkesan.
Tidak banyak pemerintah yang secara terbuka dan lapang dada menerima kritikan, walaupun kritikan yang membina.
Di negara yang masih jauh dari usaha pemerkasaan tamadun, pengkritik biasanya akan menerima nasib buruknya saja,
“Tanda sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu (perkataan) yang tidak berguna”. (HR. At Tirmidzi).
Kemudian dalam riwayat lain disebutkan, artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berbicara yang baik, atau (kalau tidak bisa) maka agar ia diam”.(HR. Al Bukhari dan Muslim).
Dadi
Darmadi, “IAIN dalam Wacana Intelektual Islam Indonesia” Artikel
Pilihan Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI.
Mulla Shadra, Syarh Ushul al-Kafi, Kitab Al-‘Aql wa Al-Jahl, hadis pertama. Penerbit Mussase-muthala’at wa tahqiqat-e farhangge. Dengan perubahan redaksi seperlunya.
Seorang profesor, yang sedang naik daun namanya, tiba-tiba dilanda
kekalutan batin dan keresahan jiwa. Ia merasa ada yang kurang dalam
dirinya, sekalipun berlebihan dalam aspek karir dan income.
Tak urung, ia memutuskan untuk meninggalkan karirnya yang cemerlang di
Universitas Nidzamiyah dan memburu kebutuhan lain yang dirindukannya –
jawaban yang tuntas atas keresahan dan keguncangan batinnya -. Ia jatuh
sakit, mulutnya membisu, tetapi pikirannya terus bergejolak dan
bergolak. Ia menyedekahkan seluruh hartanya, kecuali sedikit saja untuk
keperluannya dan keluarganya. Baghdad, kota yang memberikan keharuman
namanya, ia tinggalkan. Ia mengasingkan diri untuk menjawab pertanyaan
besar yang sedang merisaukan hatinya – cara apakah yang dapat ditempuh
hingga sampai kepada pengetahuan yang benar (al-Haqiqah al-Muthlaqah)?.
Ia berkesimpulan. Pertama, ia meamandang bahwa pengetahuan yang benar hanya dapat diperoleh lewat pencerapan panca indera (al-khawasul khams). Yang benar adalah yang dapat dilihat, didengar, dicium, dicicipi, atau diraba. Yang benar adalah yang terukur (al-Haqiqah At-Tajribiyyah).
Dengan bergulirnya waktu, segera ia menemukan bahwa persepsi inderawi
juga tidak dapat sepenuhnya dipercaya. Ia bertanya kepada dirinya – atas
dasar apa harus mempercayai keterangan persepsi inderawi. Dari kejauhan
matanya melihat air lewat jendela kendaraan yang dinaikinya, setelah
didatanginya ternyata hanya fatamorgana. Matanya melihat bayangan
tongkat itu tidak bergerak, padahal orang tahu bahwa bayangan itu
bergerak perlahan sekali mengikuti bayangan matahari. Dan matahari
kelihatan kecil, padahal lewat perhitungan geometris, matahari lebih
besar dari bumi. Kedua, kekeliruan indera dibetulkan oleh akal yang sehat (al-‘Aqlus Salim).
Sekarang ia mencurahkan harapannya kepada akal. Tapi, ia segera
membayangkan bahwa persepsi indera yang ditinggalkannya menghujatnya
dengan keras: Apakah Anda tidak mengira bahwa kepercayaan Anda pada akal
akan mengalami hal yang sama seperti kepercayaan Anda pada persepsi
inderawi sebelumnya ?. Anda lalu mempercayai saya. Lalu, datanglah akal,
dan saya terbukti salah. Kalau tidak ada akal, Anda akan selalu
menganggap saya benar. Akal mendefinisikan bahwa bahagia itu berbentuk
benda (materi) yang bisa dicari di tempat tertentu dan pada waktu
khusus. Setelah semuanya diperoleh dan berlebih, terbukti kebahagiaan
yang diburunya semakin menjauh. Akal lemah dalam menjawab pertanyaan
kembarannya, untuk apa semua itu di cari?. Ketiga, barangkali dibalik pemahaman akal, ada lagi hakim lain
yang bila menampakkan dirinya, dapat menunjukkan kesalahan akal dalam
menetapkan keputusan, seperti ketika akal muncul, akal memperlihatkan
kekeliruan indera. Kenyataan bahwa pemahaman - supra-intelektual,
supra-rasional - (indera keenam, red) itu belum muncul, tidaklah dapat
dijadikan bukti bahwa hal itu tidak ada.
Akhirnya, Selama berbulan-bulan, profesor ini merenungkan masalah ini.
Ia hampir-hampir putus asa. Pemecahan masalah ternyata tidak lewat
berpikir dan merenung. Ia bercerita, Penyelesaian masalahku tidaklah
datang karena pembuktian yang sistematis dan argumentasi yang
dikemukakan, tetapi karena belum ada cahaya yang dimasukkan Allah Swt ke
dalam dadaku.
Cahaya itu merupakan kunci menuju bagian pengetahuan yang lebih besar.
Cahaya itu sendiri bukanlah ungkapan kebenaran. Kebenaran itu harus
dicari, tetapi kini ia telah menemukan keterbatasan akal. Dia telah
menguras kekuatan intelektualnya, namun berakhir dalam keputusasaan,
ketika sentuhan ghaib Tuhan menyelematkannya dari kesesatan. Dorongan
mendadak keimanan ini nampak olehnya berasal dari pencerahan Ilahi
sebagai suatu cahaya pembawa harapan. Baginya, hal itu berarti bahwa
pengetahuan manusia tentang kebenaran bergantung sekali pada sesuatu
yang berada di luar logika dan aturan-aturan penalaran. Sebagai sesuatu
yang lebih tinggi daripada nalar sebagai alat penghubung dengan
kenyataan metafisik, mesti ada pada manusia, dan meskipun aktifitasnya
bergantung pada bunga api Ilahi toh ia sendiri memampukan pencari yang
gigih mencapai pengetahuan tentang kenyataan dan tentang Tuhan.
Profesor tersebut adalah sang Hujjatul Islam, Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali. Yang meresahkannya adalah masalah epistemologi (fahmul ‘ilmi),
yang mengobatinya adalah sentuhan hidayah (Nur) Ilahi. Al-Ghazali boleh
disebut sebagai salah seorang pemikir Islam yang merintis kajian
epistemologi dalam perspektif Islam. (dalamHilyatul Auliya, juz 11)
ada tulisan lama yang masih relevan dalam
situasi saat kini. baru saja bangsa kita dipermalukan di mata dunia oleh
hasil survey terbaru world justice project bahwa negera indonesia
adalah negara terkorup kedua secara regional. salah satu indikatornya
adalah diusirnya ibu siami dan alif dari kampung halamannya. ini berarti
diusirnya kejujuran dari akar budaya kebenaran. bisa dikatakan bahwa
negara kita ada dalam keadaan darurat kejujuran. ayo installkan
kejujuran, silahkan nikamati dampak sistemiknya:
Memberantas Korupsi dengan “JUJUR”*
Ada sebuah peristiwa penuh hikmah ketika seorang sahabat
baru masuk Islam. ”Pada suatu hari datanglah seorang arab badui
menghadap Rasulullah SAW. Ia meyatakan diri ingin masuk agama Islam.
Namun ia mengajukan syarat ingin masuk Islam tapi tidak mau meninggalkan
kebiasaan (buruk) lamanya seperti berzina, minum-minuman keras dan
mencuri. Rasulullah SAW dengan ramah dan bijaksana memperbolehkan orang
tersebut masuk Islam tapi dengan syarat juga yaitu ia harus ”jujur”
serta bersedia sholat berjamaah di masjid. Sebuah syarat yang sangat
mudah pikirnya, kemudian ia terima dengan gembira. Sejak itu resmilah ia
menjadi seorang muslim. Setiap usai sholat berjamaah dan pemberian
pelajaran tentang Islam si arab badui tersebut selalu ditanya aktivitas
kesehariannya. Maka ia pun dengan jujur menjawab bahwa ia masih
melakukan kebiasaan lamanya itu. Ia tidak bisa berbohong sebab ia telah
berjanji untuk jujur. Singkat riwayat dengan konsisten (istiqomah)
mengamalkan ”jujur”, seorang arab badui akhirnya berhasil secara alami
meninggalkan kebiasaan (buruk) lamanya sehingga ia sukses menjadi muslim
sejati”. Sebuah syarat masuk agama Islam yang sepertinya sepele tetapi
sungguh sangat dahsyat efeknya.
Islam
adalah agama sempurna (baca: penyempurna) yang diturunkan sebagai rahmat
bagi alam semesta ‘ditranskrip’ dalam Al-Qur’an kepada manusia pilihan
(Insan Kamil) Muhammad SAW mulai usia 40 tahun. Seperti kita ketahui
bahwa pada usia 40 tahun lah Muhammad memperoleh mandat sebagai Nabi dan
Utusan Allah karena sebelumnya beliau berhasil mempertahankan gelar
honoris causa “al-Amin” atau manusia paling “jujur” dari kaum Quraisy.
Gelar kehormatan bidang akhlaqul karimah ini dianugerahkan dengan
kesadaran penuh dari semua kalangan pada kurun waktu itu tanpa kecuali.
Bayangkan setidaknya selama 40 tahun lebih beliau tanpa cacat
mempertahankan gelar itu dengan yudisium ”summa cumlaude”. Oleh sebab
itu, sangat logis apabila Rasulullah SAW mensyaratkan harus jujur kepada orang badui yang ingin masuk Islam tersebut.
Ketika
Muhammad SAW mendapat gelar Nabi dan Rasulullah maka saat itu menandai
mulai masuknya ajaran keimanan dan keislaman dalam spirit ”jujur”.
Ketika itu beliau hadir pada zaman jahiliyah. Banyak orang menyebutnya
zaman kebodohan. Zaman jahiliyah adalah masa yang penuh kesombongan dan
kebohongan. Masa yang penuh keserakahan. Kondisi seperti itu kira-kira
sama suasananya dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Bangsa
Indonesia saat ini adalah bangsa yang sungguh sangat ironis, kritis dan
krisis dalam semua aspek di tengah kekayaan alam yang melimpah ruah.
Namun tragisnya bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya pemeluk
agama Islam itu menduduki peringkat atas dalam budaya korupsinya.
Predikat tersebut masih terus bertahan walaupun sudah mengalami
”reformasi” yang melelahkan.
Budaya
korupsi sama dengan budaya jahiliyah (baca: budaya pembodohan) seperti
budaya tidak adil, budaya penindasan dan budaya mengurangi timbangan
(baca: budaya mark up). Istilah korupsi sendiri berasal dari kata
”corupt” atau ”coruption” yang artinya merusak (”fasad” dalam bahasa
Arab), curang, merubah, memanipulasi, mengurangi, mencuri atau lebih
tegasnya ”maling”. Jadi kesimpulannya bahwa koruptor itu adalah orang
yang membuat kerusakan di muka bumi yang selayaknya disebut penipu atau
maling.
Ada
baiknya kita belajar dari film fiksi holywood yang berjudul
”intranskrip” (? mohon maaf kalo tidak persis) yang pernah disiarkan di
televisi swasta Indonesia. Film ini bercerita tentang suatu formula
untuk merubah sistem kehidupan secara sistematik dan otomatis. Formula
tersebut diambil dari kitab Taurat. Ketika formula itu di-”install”-kan
maka seluruh aspek kehidupan berubah secara berantai langsung maupun
tidak langsung baik sadar atau tidak sadar. Penulis terinspirasi dengan
film tersebut. Kemudian terpikir kira-kira formula apa yang bisa kita
”install”-kan untuk merubah budaya korupsi/jahiliyah di Indonesia saat
ini.
Akhirnya
penulis membuat hipotesis berdasarkan fakta dan model diatas baik dalam
konteks budaya atau bernegara. Adalah ”jujur” sebagai nilai luhur Islam
yang telah dicontohkan Muhammad SAW bisa dijadikan sebuah formula untuk
memutus lingkaran setan dalam pemberantasan korupsi. Sebuah kunci
pemecahan yang sederhana tetapi memiliki dampak yang efektif, berantai
serta sanggup menjadi solusi permasalahan lain dan seluruh turunan
permasalah tersebut. Maka penulis optimis hanya ada satu kata untuk perubahan revolusioner yang alami (sesuai fitrah dan kodrat alam) adalah “jujur”.
Sampai
saat ini penulis belum menurunkan formula tersebut pada tingkatan yang
lebih praksis, terutama bagaimana teknisnya meng-”istall”-kan formula
tersebut. Namun demikian kita dapat memulainya sekarang juga dari diri
sendiri dalam hidup bermasyarakat yaitu budayakan hidup “jujur”.
Tradisikan berprilaku “jujur”. Biasakan berlaku ”jujur”. Sampaikan
”Kebenaran” dengan ”jujur”. Tegakkan kemuliaan Islam dengan “jujur.
Selamatkan diri Anda dengan ”jujur”.Maka
janji-Nya dalam al-Qur’an surat al-Fath ayat pertama yaitu, ”Inna
fatahna laka fathan mubiinaa” menjadi sebuah yang niscaya.
Formulasi
”jujur” tersebut dapat diujicobakan dalam sistem rekrutmen dan
pembinaan bagi para penyelenggara negara. Misal, adanya suatu test
kejujuran untuk para calon pejabat dan training kejujuran untuk para
pejabat baru. Jujur bukanlah berarti membuka aib sendiri. Rahasia
negara/perusahaan/rumahtangga adalah aib yang harus ditutupi dari pihak
luar. Transparansi pengelolaan negara/perusahaan/rumahtangga adalah
bentuk ke”jujur”an dari dalam. Resiko tidak menjalani ke”jujur”an adalah
tumbuhnya budaya jahiliyah (baca: pembodohan dan penindasan). Formulasi
untuk suatu perubahan yang sistematik dan kongkrit menuju baldatun
thoyyibatun wa rabbun ghafur adalah “jujur” (Islam Code). Mulailah
sekarang juga untuk ”tidak bebohong” (”jujur”). Hal ini berlaku bagi
siapapun untuk berjuang terus mengamalkan ”jujur” secara istiqomah,
karena berjuang (jihad) tidak mengenal kata menyerah. Semoga kita dapat
mengamalkannya.
Formula
ini sudah teruji keberhasilannya setidaknya dari dua contoh berikut.
Pertama adalah contoh sukses yang berhasil secara monumental yaitu
”qurun” Rasulullah SAW pada 14 abad yang lalu. Hasil kongkretnya
peradaban jahiliyah berubah menjadi peradaban Islam meliputi tiga benua
secara revolusioner dalam waktu relatif sebentar. Contoh kedua adalah
kemajuan masyarakat Jepang. Berdasarkan studi kilat penulis dapat
disimpulkan bahwa saat ini peringkat pertama teratas bangsa paling
“jujur” di dunia adalah bangsa Jepang dengan nilai 90%. Mayoritas
penduduknya bukan muslim tetapi apabila seseorang kehilangan dompetnya
di tempat umum maka 90% kemungkinannya kembali dalam waktu kurang lebih
15 menit. Peringkat kedua terbawah bangsa paling ”jujur” adalah
Indonesia dengan nilai 10% yang notabene 90% penduduknya penganut agama
Muhammad SAW yaitu Islam. Bagaimana bukti dan hasilnya? Kongkrit dan
bisa disaksikan oleh mata kepala sendiri. Maka tidak bisa
dinafikan bahwa ”jujur” adalah syarat bagi terwujudnya peradaban
gemilang. ”Jujur” adalah sebuah kunci (formula) sekaligus pra-syarat
yang tidak bisa ditawar lagi untuk pemberantasan budaya korupsi di
Indonesia. Wa Allahu a’lamu bi al-showaabi.
Oleh: Amin Bunyamin (aktivis KMNU)
Sumber : gusmus.net
~Ayo BERJIBAKU !!! (BERsatu JIhad BerAntas KorUpsi) dengan ”JUJUR”
Yunanto Wiji Utomo |
Tri Wahono
| Selasa, 22 Maret 2011 | 19:21 WIB
Berapa jumlah air yang dibutuhkan untuk menyajikan secangkir kopi?
Beberapa dari Anda mungkin akan dengan mudah menjawab, "Pastinya satu
cangkir." Tapi, berdasarkan Water Footprint, rata-rata jumlah air yang
dibutuhkan untuk menyajikan secangkir kopi adalah 140 liter.
Bagaimana
bisa? Water Footprint tak hanya menghitung air yang digunakan untuk
menyeduh kopi, tetapi juga total air yang dibutuhkan untuk menanam dan
memelihara kopi, memanen, dan memrosesnya hingga menjadi biji kopi yang
siap digiling, didistribusikan, hingga akhirnya disajikan di meja.
Jumlah
tersebut cukup mengagetkan. Namun hal itu bisa menjadi cerminan bahwa
pemakaian air dalam bidang pertanian, industri, dan konsumsi masyarakat
tak terkirakan. Contoh lain, menyajikan secangkir teh memerlukan 35
liter air dan menyajikan 1 kg nasi memerlukan 3.000 liter air.
Untuk
melihat dan mengontrol konsumsi air, pada tanggal 28 Februari 2011 lalu
Global Water Footprint Standard merilis catatan terbaru. Catatan yang
merupakan standar tersebut dikembangkan oleh Water Footprint Network
dengan 139 partner, ilmuwan dari Universitas Twente, Belanda, serta
kalangan LSM, perusahaan, dan pembuat kebijakan.
Global Water
Footprint Standard memberikan konsistensi dalam mengukur jumlah air yang
digunakan dan dampaknya. Pimpinan Water Footprint Network, Jim Leape,
mengatakan bahwa standar tersebut dibuat saat perusahaan di semua sektor
menyadari adanya ancaman kekurangan air yang bisa berdampak pada
bisnisnya.
Menurut National Coordinator Freshwater Program WWF
Indonesia Tri Agung Rooswiadji, standar tersebut dirancang untuk
mengurangi pemborosan dalam konsumsi air. "Jumlah air bersih sudah
sangat terbatas. Kalau kita boros, itu akan mengurangi kebutuhan pihak
lain juga," ungkapnya.
Menurutnya, pemborosan konsumsi air kini
banyak terjadi di kalangan industri komersial. "Industri ini tidak hanya
industri manufaktur, tetapi juga yang lain, seperti pertanian dan
tekstil. Kalau misalnya membuang limbah cair langsung, itu juga
mengurangi jumlah air bersih," katanya.
Setiap komoditas industri menurutnya memiliki kebutuhan air yang berbeda. "Yang terbesar itu misalnya pada kopi, minyak sawit,
dan kakao," kata Tri. Sektor lain, misalnya pada bahan makanan pokok,
membutuhkan 3.000 liter air untuk memproduksi 1 kg beras dan 900 liter
air untuk 1 kg tepung jagung.
Efisiensi dalam pemakaian air ini
penting untuk dilakukan, terutama oleh kalangan industri.
Ketidakefisienan dalam pemakaian air yang mengakibatkan kekurangan air
bisa memicu konflik. "Itu pernah terjadi tahun 2001-2002 di Lombok.
Petani berkonflik karena kekurangan air," ujarnya.
Tri
mengungkapkan, kalangan industri bisa mulai menerapkan Water Footprint
Standard. Dalam standar ini terdapat fasilitas penghitungan jumlah air
yang digunakan berupa Water Footprint Calculator sehingga bisa membantu
program efisiensi air.
Di sisi lain, ia juga menekankan perlunya
kebijakan pemerintah. "Selama ini belum ada kebijakan mengenai efisiensi
air," katanya. Kebijakan ini diharapkan bisa memacu pelaku industri
untuk menerapkan standar tersebut.
Dengan Global Water Footprint
Standard, pelaku industri bisa memantau penggunaan air, terutama
menelaah sektor-sektor yang boros air. Dengan demikian, langkah
efisiensi penggunaan air pun dimungkinkan dalam mendukung kelestarian
sumber daya air.
Bagi individu, Global Water Footprint Standard
bisa menjadi acuan untuk mengukur jumlah air yang digunakan dalam
makanan, mencuci pakaian, dan barang-barang yang dibeli. Individu bisa
beralih ke produk yang membutuhkan sedikit air dan yang proses
produksinya memerhatikan kelestarian air.
Efisiensi penggunaan air
merupakan salah satu cara untuk melestarikan sumber daya air, selain
dengan mencegah pencemaran pada sumber air. Saat ini, kualitas air
bersih secara global menunjukkan tren penurunan sehingga membutuhkan
langkah radikal untuk melestarikannya.
Hembusan ganas Afghanistan sudah terendus di Peshawar. Tak lebih dari 40
kilometer sebelah selatan Peshawar, di tengah jalan utama menuju Kohat,
terletak desa Darra Adam Khel. Dari luar memang nampak seperti desa
Pakistan biasa. Kumuh, semrawut, dan berdebu. Yang tak biasa adalah,
desingan tembakan yang tiada henti.
Ini adalah tempat di mana
segala macam senjata dan bedil dibuat di balik tembok rumah-rumah, dan
anak-anak bermain butir-butir peluru menggantikan kelereng. Tak banyak
tempat yang benar-benar wild west seperti Darra Adam Khel.
Orang-orang bebas membeli dan mencoba segala macam senapan di sini.
Mulai dari Kalashnikov, M-16, hingga bolpoint dan tongkat yang bisa
menembak. Kakek tua bersurban dan berjenggot putih, keluar dari sebuah
toko dengan senyum. Kemudian dia menembakkan M-16 nya ke udara. Tiga
tembakan. Nampaknya dia cukup puas dengan bedil barunya.
Langit Darra dipenuhi suara-suara tembakan yang menyalak-nyalak tanpa
henti. Saya dikejutkan lebih dari sepuluh kali ketika menyeruput segelas
teh panas di kedai. Hati saya penuh tanda tanya, ke mana jatuhnya
peluru yang ditembakkan tegak lurus ke atas? Sesuai prinsip gravitasi,
peluru itu pasti akan jatuh lagi ke bumi. Adakah dia jatuh kembali
kepada si penembaknya? Atau nyasar menembus atap kedai teh ini, menimpa
kepala saya tanpa sengaja?
Di balik gubuk-gubuk ini, besi-besi
berdentangan, cetakan-cetakan bedil bergantungan, dan orang-orang
Pashtun berjenggot lebat sibuk mengasah buah karya mereka. Saat ini ada
sekitar tiga ribu unit produksi rumah tangga penghasil bedil, dengan
memperkerjakan sekitar 20 ribu ahli senjata. Hampir segala jenis senjata
api ada modelnya di sini.
Tak ada barang yang Anda cari? Cukup
bawa contohnya, para ahli senjata di desa ini butuh tak lebih dari
sepuluh hari untuk membuat tiruannya yang sama persis. Begitu cetakan
barang baru ini berhasil dibuat, produksi berikutnya cuma butuh waktu
dua sampai tiga hari. Memang jangan terlalu diharap untuk kualitas dan
keawetannya. Senjata-senjata made in Darra dijual bebas, murah, dan you get what you pay.
Lebih dari seratus tahun lalu, suku-suku Pashtun dari klan Afridi yang
mendiami Darra, sudah mempelajari teknik pembuatan bedil. Seiring dengan
perang melawan Rusia di Afghanistan, perdagangan senjata di Darra
semakin marak, memberi rejeki besar bagi para pembuat bedil ini.
Kalashnikov diproduksi besar-besaran. Semua orang bebas membeli.
Afghanistan dan Pakistan kebanjiran senjata ilegal.
Bukan hanya bedil, hashish
(ganja) dan opium ikut datang melintas dari perbatasan Afghanistan.
Gunung-gunung gundul yang memisahkan kedua sisi Durrand Line termasuk
perbatasan paling bocor di seluruh dunia. Orang-orang bebas saja
melintas ke sana sini tanpa prosedur imigrasi apa pun. Darra boleh
berbangga sekaligus menjadi pusat perdagangan senjata ilegal,
penyelundupan obat terlarang, dan segala macam kegiatan mata-mata.
Apakah Pakistan menutup mata terhadap home industry dan
perdagangan ganja turun-temurun di Darra? Darra adalah daerah istimewa
di Pakistan. Termasuk wilayah Pakistan tetapi sudah tak terjangkau hukum
Pakistan. Daerah ini diciptakan Inggris lebih dari seratus tahun lalu,
ketika perbatasan Afghanistan ditetapkan, Durrand Line memecah tanah
Pashtunistan. Sebagian masuk wilayah Afghanistan, sebagian sisanya masuk
wilayah British India yang sekarang jadi Pakistan.
Sesuai
perjanjian, suku-suku Pashtun yang mendiami daerah sekitar perbatasan,
masih diizinkan untuk memelihara tradisi mereka, mempunyai pemerintahan
sendiri, hukum sendiri yang didasarkan hukum adat. Daerah ini kemudian
disebut tribal area, yang terdiri dari beberapa agency. Ketika Pakistan berdiri tahun 1947, status tribal area masih dilanjutkan.
Walaupun ada anjuran kepada para tukang bedil di Darra untuk
menghasilkan senjata sesuai standar internasional dan regulasi penjualan
kepada orang-orang yang mempunyai izin saja, tidak banyak perubahan
yang ada. Hukum Pakistan memang tidak berlaku di sini.
Di tribal area,
polisi Pakistan tidak mempunyai kekuasaan sama sekali. Yang berpatroli
adalah para khasadar, atau tentara suku. Khasadar inilah yang kemudian
menciduk saya keluar dari Darra Adam Khel. Orang asing memang tidak
seharusnya berada di sini. Saya berhasil menyelundup sejauh ini, tetapi
kemudian digiring juga oleh khasadar yang kecewa karena saya tidak
memberi tips.
Semula ia meminta 600 Rupee untuk mengizinkan
saya keliling Darra selama dua jam, tetapi saya hanya punya 40 Rupee
saja di dompet saya. Si khasadar berjenggot tebal dan berjubah hitam itu
agak terkejut juga melihat dompet kosong melompong itu. Mungkin karena
simpati, mungkin juga karena solidaritas terhadap seorang warga negara
Indonesia, si khasadar masih berbaik hati juga mengawal saya untuk
melihat-lihat beberapa pabrik bedil yang tersembunyi di rumah-rumah
kumuh itu, dan juga berkunjung ke beberapa toko senjata.
Pemilik toko senjata ini, seorang Afridi juga, katanya masih saudara
khasadar yang mengawal saya ini. Dia segera menggelar segala macam
dagangannya. Ada pistol berbentuk bolpoin, harganya cuma 500 Rupee.
Kalashnikov cuma 3000 Rupee. Dan pistol gaya China, kecil dan padat,
harganya 5000 Rupee. Senapan laras panjang 1500 Rupee. Saya tak tahu
senjata-senjata yang dijual di sini, dengan harga yang mendekati gratis
ini, akan tahan berapa hari kalau dipakai.
Semua orang di sini,
langsung maupun tak langsung, terlibat dalam bisnis pembuatan dan
penjualan senjata. Ada anak-anak umur sepuluh tahunan yang sudah
mencangklong potongan-potongan besi untuk bapaknya yang sibuk mengelas
dan menatah pegangan bedil. Ada yang membuat cetakan, mempelajari
bedil-bedil model terbaru yang bakal laku di pasaran. Selongsong peluru
pun jadi kelereng bocah-bocah.
Desing-desing peluru masih
terdengar bersahut-sahutan ketika saya meninggalkan Darra. Bahkan
supir-supir truk pun tidak mau berhenti ketika saya mencari tumpangan.
Semua takut.
Rentetan tembakan membuat saya serasa tiba-tiba
berada di Iraq. Pesta tembakan ini hanya kurang dari seratus kilometer
jauhnya dari Afghanistan.