Hembusan ganas Afghanistan sudah terendus di Peshawar. Tak lebih dari 40
kilometer sebelah selatan Peshawar, di tengah jalan utama menuju Kohat,
terletak desa Darra Adam Khel. Dari luar memang nampak seperti desa
Pakistan biasa. Kumuh, semrawut, dan berdebu. Yang tak biasa adalah,
desingan tembakan yang tiada henti.
Ini adalah tempat di mana
segala macam senjata dan bedil dibuat di balik tembok rumah-rumah, dan
anak-anak bermain butir-butir peluru menggantikan kelereng. Tak banyak
tempat yang benar-benar wild west seperti Darra Adam Khel.
Orang-orang bebas membeli dan mencoba segala macam senapan di sini.
Mulai dari Kalashnikov, M-16, hingga bolpoint dan tongkat yang bisa
menembak. Kakek tua bersurban dan berjenggot putih, keluar dari sebuah
toko dengan senyum. Kemudian dia menembakkan M-16 nya ke udara. Tiga
tembakan. Nampaknya dia cukup puas dengan bedil barunya.
Langit Darra dipenuhi suara-suara tembakan yang menyalak-nyalak tanpa
henti. Saya dikejutkan lebih dari sepuluh kali ketika menyeruput segelas
teh panas di kedai. Hati saya penuh tanda tanya, ke mana jatuhnya
peluru yang ditembakkan tegak lurus ke atas? Sesuai prinsip gravitasi,
peluru itu pasti akan jatuh lagi ke bumi. Adakah dia jatuh kembali
kepada si penembaknya? Atau nyasar menembus atap kedai teh ini, menimpa
kepala saya tanpa sengaja?
Di balik gubuk-gubuk ini, besi-besi
berdentangan, cetakan-cetakan bedil bergantungan, dan orang-orang
Pashtun berjenggot lebat sibuk mengasah buah karya mereka. Saat ini ada
sekitar tiga ribu unit produksi rumah tangga penghasil bedil, dengan
memperkerjakan sekitar 20 ribu ahli senjata. Hampir segala jenis senjata
api ada modelnya di sini.
Tak ada barang yang Anda cari? Cukup
bawa contohnya, para ahli senjata di desa ini butuh tak lebih dari
sepuluh hari untuk membuat tiruannya yang sama persis. Begitu cetakan
barang baru ini berhasil dibuat, produksi berikutnya cuma butuh waktu
dua sampai tiga hari. Memang jangan terlalu diharap untuk kualitas dan
keawetannya. Senjata-senjata made in Darra dijual bebas, murah, dan you get what you pay.
Lebih dari seratus tahun lalu, suku-suku Pashtun dari klan Afridi yang
mendiami Darra, sudah mempelajari teknik pembuatan bedil. Seiring dengan
perang melawan Rusia di Afghanistan, perdagangan senjata di Darra
semakin marak, memberi rejeki besar bagi para pembuat bedil ini.
Kalashnikov diproduksi besar-besaran. Semua orang bebas membeli.
Afghanistan dan Pakistan kebanjiran senjata ilegal.
Bukan hanya bedil, hashish
(ganja) dan opium ikut datang melintas dari perbatasan Afghanistan.
Gunung-gunung gundul yang memisahkan kedua sisi Durrand Line termasuk
perbatasan paling bocor di seluruh dunia. Orang-orang bebas saja
melintas ke sana sini tanpa prosedur imigrasi apa pun. Darra boleh
berbangga sekaligus menjadi pusat perdagangan senjata ilegal,
penyelundupan obat terlarang, dan segala macam kegiatan mata-mata.
Apakah Pakistan menutup mata terhadap home industry dan
perdagangan ganja turun-temurun di Darra? Darra adalah daerah istimewa
di Pakistan. Termasuk wilayah Pakistan tetapi sudah tak terjangkau hukum
Pakistan. Daerah ini diciptakan Inggris lebih dari seratus tahun lalu,
ketika perbatasan Afghanistan ditetapkan, Durrand Line memecah tanah
Pashtunistan. Sebagian masuk wilayah Afghanistan, sebagian sisanya masuk
wilayah British India yang sekarang jadi Pakistan.
Sesuai
perjanjian, suku-suku Pashtun yang mendiami daerah sekitar perbatasan,
masih diizinkan untuk memelihara tradisi mereka, mempunyai pemerintahan
sendiri, hukum sendiri yang didasarkan hukum adat. Daerah ini kemudian
disebut tribal area, yang terdiri dari beberapa agency. Ketika Pakistan berdiri tahun 1947, status tribal area masih dilanjutkan.
Walaupun ada anjuran kepada para tukang bedil di Darra untuk
menghasilkan senjata sesuai standar internasional dan regulasi penjualan
kepada orang-orang yang mempunyai izin saja, tidak banyak perubahan
yang ada. Hukum Pakistan memang tidak berlaku di sini.
Di tribal area,
polisi Pakistan tidak mempunyai kekuasaan sama sekali. Yang berpatroli
adalah para khasadar, atau tentara suku. Khasadar inilah yang kemudian
menciduk saya keluar dari Darra Adam Khel. Orang asing memang tidak
seharusnya berada di sini. Saya berhasil menyelundup sejauh ini, tetapi
kemudian digiring juga oleh khasadar yang kecewa karena saya tidak
memberi tips.
Semula ia meminta 600 Rupee untuk mengizinkan
saya keliling Darra selama dua jam, tetapi saya hanya punya 40 Rupee
saja di dompet saya. Si khasadar berjenggot tebal dan berjubah hitam itu
agak terkejut juga melihat dompet kosong melompong itu. Mungkin karena
simpati, mungkin juga karena solidaritas terhadap seorang warga negara
Indonesia, si khasadar masih berbaik hati juga mengawal saya untuk
melihat-lihat beberapa pabrik bedil yang tersembunyi di rumah-rumah
kumuh itu, dan juga berkunjung ke beberapa toko senjata.
Pemilik toko senjata ini, seorang Afridi juga, katanya masih saudara
khasadar yang mengawal saya ini. Dia segera menggelar segala macam
dagangannya. Ada pistol berbentuk bolpoin, harganya cuma 500 Rupee.
Kalashnikov cuma 3000 Rupee. Dan pistol gaya China, kecil dan padat,
harganya 5000 Rupee. Senapan laras panjang 1500 Rupee. Saya tak tahu
senjata-senjata yang dijual di sini, dengan harga yang mendekati gratis
ini, akan tahan berapa hari kalau dipakai.
Semua orang di sini,
langsung maupun tak langsung, terlibat dalam bisnis pembuatan dan
penjualan senjata. Ada anak-anak umur sepuluh tahunan yang sudah
mencangklong potongan-potongan besi untuk bapaknya yang sibuk mengelas
dan menatah pegangan bedil. Ada yang membuat cetakan, mempelajari
bedil-bedil model terbaru yang bakal laku di pasaran. Selongsong peluru
pun jadi kelereng bocah-bocah.
Desing-desing peluru masih
terdengar bersahut-sahutan ketika saya meninggalkan Darra. Bahkan
supir-supir truk pun tidak mau berhenti ketika saya mencari tumpangan.
Semua takut.
Rentetan tembakan membuat saya serasa tiba-tiba
berada di Iraq. Pesta tembakan ini hanya kurang dari seratus kilometer
jauhnya dari Afghanistan.
Agustinus Wibowo |
selama kita masih bisa bernafas expresikan diri,, pegang kendali wujudkan fantasimu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
-
M emakai aksesoris selain untuk melengkapi tampilan busana, juga bisa membuat sebagian orang lebih nyaman. Namun, memilih aksesoris...
-
S ebelum ada Kalipso , komunitas rap di Solo berawal dari Kompetisi Rap yang diadakan tahun 1993. Para finalis akhirnya membentuk grup...
-
facebook.com Cerpen Rudi Setiawan Di atas sebuah batu besar berwarna kehitaman, berbaring lemah seekor anjing bermata buta yang bulunya ha...
-
Tak banyak penyanyi atau pemusik Indonesia yang mampu menjadi legenda di masyarakat. Satu dari sedikit itu ialah maestro keroncong asal S...
-
Karaton Surakarta Hadiningrat Sejak 17 Februari 1745, Susuhunan Pakubuwono II dan keluarganya telah menduduki istana baru atau...
-
Jejak Pembunuhan Munir Malam hari, sepasang suami istri berbincang di depan pintu keberangkatan internasional Bandara Soekarno-Hatta. ...
-
YOGYAKARTA, - Maraknya kenakalan remaja merupakan indikasi melemahnya rasa bela negara di kalangan generasi muda. Hal ini dikatakan Kepa...
-
image Di tengah situasi politik yang sedang menghangat kini, ada baiknya kita rehat sejenak ya…agar hati lebih sejuk, nyaman dan tenang...
-
image Raffles, Lieutenant Governor of Java 1811-1816 Raffles lahir dari keluarga juru masak kapal pada 6 Juli 1781 di lepas pantai Ja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar