Karaton Surakarta Hadiningrat Sejak 17 Februari 1745, Susuhunan Pakubuwono II dan keluarganya telah menduduki istana baru atau kraton terletak di sepanjang tepi Sungai Solo, sungai terpanjang di Jawa. Kraton mantan Kartosuro (10 km sebelah barat Solo) telah ditinggalkan karena kerusakan parah. Bukan kraton yang tepat untuk Susuhunan (raja) lagi, setelah dijarah pada 1742 oleh penjajah. Paku Buwono II dengan seluruh keluarganya dan bawahan membuat prosesi hari yang panjang kerajaan dari Kartosuro ke Surakarta. Kota Surakarta dapat dengan mudah terhubung ke timur pusat utama Jawa pesisir seperti Gresik, Tuban Bengawan (sungai) Solo. Ini 'sungai koneksi' adalah salah satu alasan untuk memindahkan istana ke Solo. Sarana Pakubuwono 'pusat dunia' (paku: paku, Buwono: dunia). Raja duduk di kereta kerajaan, Kyai Grudo dikawal oleh pejabat tinggi, tentara, pembawa regalia, membawa Pusaka (pusaka) dan hal penting lainnya yang akan digunakan dalam istana barunya. Konvoi juga mencakup suci gamelan , (Banyan) waringin pohon, kuda, gajah dan ruang pengrawit Bangsal khusus. Setelah tiba di kraton baru, ia mengumumkan bahwa mulai hari ini ibu kota kerajaan itu Surokarto Hadiningrat (suro: berani, gagah berani - Karto: makmur - Hadi: besar, berharga - tikus: negara). Datang dari sisi utara Jalan Slamet Riyadi melalui jalan (Gladak), seorang pengunjung tiba di Alun-Alun Utara (Alun-alun Lor). Di tengah-tengah Alun-alun, ada dua waringins (Banyan) pohon melambangkan perlindungan dan keadilan. Tahta aula Sasono Semowo atau pagelaran menghadapi alun-alun. Di masa lalu, itu dari aula ini, Susuhunan atau raja disampaikan pijat dan menerima laporan dari pemerintah yang dibacakan Patih Nya (menteri). Jauh di selatan, beberapa langkah ke atas, ada Siti Hinggil (tanah tinggi) di mana upacara Garebeg dimulai (dalam artikel terpisah: garabeg di Solo dan Jogya). Melewati gapura utama atau kori dari Brajanala (Braja: ray - Nala: perasaan) satu memasuki Baluwerti benteng di Kemandungan persegi. Masukkan ke Sri Manganti, di mana kita harus menunggu penonton dengan raja. Dan ada adalah lokasi utama yang disebut KADATON. Di tengah adalah tahta utama aula Sasono Sewoko, tempat raja menerima ketaatan dari keluarga istananya dan bawahan. Ini juga merupakan tempat ia berlatih meditasi (samadi). Ada Pendopo kecil (aula) yang disebut pringgitan, dimana wayang kulit (wayang kulit) melakukan dari waktu ke waktu. Selanjutnya Sasono Sewoko adalah Sasono Handorowino mana perjamuan kerajaan diberikan. Meninggalkan Kadaton ke selatan, ada pengadilan Magangan, di mana pejabat pengadilan memasuki tempat suci sepanjang rute ini. Ada sebuah paviliun meditasi bagi pangeran. Ada meteorit suci di tepi belakang kolam. Dari sini ke selatan, melewati gerbang atau kori Brojonolo Selatan, maka Sitinggil Kidul, salah satu tiba di Alun-alun Selatan (Alun-Alun Kidul) gajah Istana dan kerbau merumput di sini di hari tua. Karena keberadaan gajah dengan batang gading, tempat ini dikenal sebagai GADING (Ivory). Mengambil pelajaran dari Kartosuro Istana, yang mudah diserang oleh musuh, Surakarta baru Istana diperkaya itu sendiri. Jadi, Alun-Alun juga dimaksudkan untuk menjadi medan pertempuran untuk melawan setiap serangan. Baterai Beberapa tentara dipasang di Pagelaran dan di depannya (= Gelar pembentukan pasukan; Pagelaran = tempat di mana taktik pertempuran yang memutuskan). Rute mengelilingi Alun-Alun disebut Supit Urang (Supit-penjepit; Urang = kepiting), melambangkan sebuah taktik untuk mengalahkan penyusup. Cadangan (tentara) diadakan di alun-alun Kamandungan, Sri Manganti adalah tempat istirahat. Dalam Baluarti, ada nasi - lumbung, gudang senjata dan gudang amunisi, dan kandang untuk kuda-kuda dari kavaleri dan pasukan khusus pengawal raja (Tamtomo). Istana ini juga merupakan tempat makna spiritual yang tinggi iman Jawa kuno. Karena ada tujuh tangga dan tujuh gerbang di Candi Borobudur, ada juga tujuh kotak di Solo Palace: 1. Pamuraan Njawi 2. Pamuraan Nglebet 3. Alun-Alun Lor 4. Sitinggil 5. Kamandungan 6. Sri Manganti 7. Plataran Dan Tujuh Gates (Gapuros): 1. Gladag 2. Gapuro Pamuraan 3. Kori Wijil 4. Kori Brojonolo 5. Kori Kamandungaan 6. Kori Mangun 7. Kori Manganti
Seni, Budaya, Ritual dan Informasi Lainnya dari Karaton Surakarta Hadiningrat Media Karaton Surakarta (MEKAS) , sebuah 'buletin' bulanan yang diterbitkan oleh Yayasan Pawiyatan Karaton Surakarta Kabudayaan (Suryo S. Negoro) http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.joglosemar.co.id/surakarta.html |
selama kita masih bisa bernafas expresikan diri,, pegang kendali wujudkan fantasimu
Kamis, 26 April 2012
Napak Tilas Kraton Kasunanan Surakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
-
M emakai aksesoris selain untuk melengkapi tampilan busana, juga bisa membuat sebagian orang lebih nyaman. Namun, memilih aksesoris...
-
S ebelum ada Kalipso , komunitas rap di Solo berawal dari Kompetisi Rap yang diadakan tahun 1993. Para finalis akhirnya membentuk grup...
-
facebook.com Cerpen Rudi Setiawan Di atas sebuah batu besar berwarna kehitaman, berbaring lemah seekor anjing bermata buta yang bulunya ha...
-
Tak banyak penyanyi atau pemusik Indonesia yang mampu menjadi legenda di masyarakat. Satu dari sedikit itu ialah maestro keroncong asal S...
-
Karaton Surakarta Hadiningrat Sejak 17 Februari 1745, Susuhunan Pakubuwono II dan keluarganya telah menduduki istana baru atau...
-
Jejak Pembunuhan Munir Malam hari, sepasang suami istri berbincang di depan pintu keberangkatan internasional Bandara Soekarno-Hatta. ...
-
YOGYAKARTA, - Maraknya kenakalan remaja merupakan indikasi melemahnya rasa bela negara di kalangan generasi muda. Hal ini dikatakan Kepa...
-
image Di tengah situasi politik yang sedang menghangat kini, ada baiknya kita rehat sejenak ya…agar hati lebih sejuk, nyaman dan tenang...
-
image Raffles, Lieutenant Governor of Java 1811-1816 Raffles lahir dari keluarga juru masak kapal pada 6 Juli 1781 di lepas pantai Ja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar