rasa di dada

rasa di dada
chelistyo

imajinasimu

Kamis, 27 Oktober 2011

Antara(fakta,akal dan emosi)



Allah tidak menjadikan sesuatu dengan sia-sia. DilengkapNya manusia dengan emosi dan nafsu untuk membolehkan kita menikmati pembangunan dan kemajuan.
DiturunkanNya Al-Qur’an sebagai panduan untuk kesejahteraan hidup. DiingatkanNya kita untuk memasuki Islam secara keseluruhan. Masalahnya sebahagian dari kita memilih-milih mana yang kita mahu ikut dan itulah sebabnya keadaan bercelaru.
Ayat pertama dalam Al-Qur’an minta kita membaca dan mencari ilmu pengetahuan. Allah menyuruh kita menggunakan akal dan berfikir serta mengamalkan kesabaran dan tidak terburu-buru membuat sesuatu. Allah tulus dan tiada yang tersilap. Contohnya hukum potong tangan bagi orang yang mencuri karena diakhirat Allah mengunci mulut kita dan membenarkan tangan dan kaki menjadi saksi. Manakan kita akan terlepas azab Allah jika tangan kita berbicara tentang kesalahan kita mencuri.
ada apa dengan pemimpin sekaran ini : menela sebuah ayat:
Orang-orang zalim itu (tidak berfikir) bahkan menurut hawa nafsu mereka (melakukan syirik) dengan tidak berdasarkan pengetahuan. Maka tiada sesiapa yang dapat memberi pertunjuk kepada orang yang disesatkan oleh Allah (disebabkan bawaannya sendiri), dan tiada pula bagi mereka sesiapa yang dapat menolong melepaskan mereka dari azab.”
Akal
imam Abu Ja’far Muhammad Al-Baqir berkata,
“Ketika Allah menciptakan akal, Dia mengajaknya berbicara. Allah berkata, ‘Menghadaplah (kepada-Ku)!’ Maka, akalpun segera menghadap. Kemudian Allah berfirman kepadanya, ‘ Demi kebesaran dan kemuliaan-Ku, tiada makhluk yang lebih Aku cintai daripada kamu. Dan tidak Aku sempurnakan kamu melainkan pada orang-orang yang Aku cintai. Kepadamulah Aku menyuruh, melarang, menyiksa, dan memberi pahala.’”
Kata akal yang menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab Al `aqli yang terbentuk dalam kata benda. Berlainan dengan kata Al wahyi ,tidak terdapat dalam Al qur`an. Dalam pemahaman Prof. Izuttsu, kata ‘aql dijaman jahiliyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis (practical intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut dengan kecakapan memecahkan masalah (Problem Solving Capacity). Orang berakal menurut pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah, setiap kali Ia dihadapkan pada suatu problema dan selanjutnya dapat melepaskan diri dari bahaya yang Ia hadapi.’Aqala juga mengandung arti, memahami dan berfikir. Tetapi timbul pertanyaan apakah pengertian, pemikiran dan pemahaman dilakukan melalui akal yang berpusat dikepala.
Akal terbagi menjadi dua bagian :
Akal praktis (‘Aamilah) yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indera pengingat yang ada pada jiwa binatang.seperti contoh : insting seekor kucing ketika dipukul oleh seseorang , maka pada suatu ketika saat dia beertemu dengan orang yang memukulnya, maka dia akan lari namun dia tidak tahu sampai kapanpun mengenai mengapa dia dipukul.
Akal teoritis (‘Aalimah) yang menangkap arti-arti murni, arti-arti yang tak pernah ada dalam materi seperti Tuhan, roh dan Malaikat.
Akal praktis memutuskan perhatian kepada alam materi, menangkap kekhususan. Akal teorotis sebaliknya bersifat metafisis, mencurahkan perhatian kepada dunia materi dan menangkap keumuman (kulliat universals).
________________________________________________________________________________________-
Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya EMOSI,merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
  1. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.

  2. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa.

  3. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, nger.i

  4. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga.

  5. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,  dan kemesraan.

  6. Terkejut : terkesiap, terkejut.

  7. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka.

  8. malu : malu hati, kesal.
Emosi dan perasaan akan bergolak dikarenakan dua hal; kegembiraan yang memuncak dan musibah yang berat.
Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda,
“sesungguhnya aku melarang dua macam ucapan yang bodoh lagi tercela: keluhan tatkala mendapat nikmat dan umpatan tatkala mendapat musibah”.
Dan Allah berfirman,:
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu)” (QS. Al-Hadid: 23).
Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan meresahkan diri sendiri. Sebab, ketika marah, misalnya, maka kemarahan akan meluap dan sulit dikendalikan. Dan itu akan membuat seluruh tubuhnya gemetar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia akan cenderung bertindak sekehendak nafsunya. Adapun saat mengalami kegembiraan, ia menikmatinya secara berlebihan, mudah lupa diri, dan tak ingat lagi siapa dirinya.
Begitulah manusia, ketika tidak menyukai seseorang, ia cenderung menghardik dan mencelanya. Akibatnya, seluruh kebaikan orang yang tidak ia sukai itu tampak lenyap begitu saja. Demikian pula ketika menyukai orang lain, maka orang itu akan terus dia puja dan sanjung setinggi-tingginya seolah-olah tak ada cacatnya.
Dalam sebuah hadist dikatakan :
“cintailah orang yang engkau cintai sewajarnya, karena siapa tahu ia akan menjadi musuhmu di lain waktu, dan bencilah musuhmu itu sewajarnya, karena siapa tahu dia menjadi sahabatmu di lain waktu”.
Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda, “Ya Allah saya minta pada-Mu keadilan pada saat marah dan lapang dada”.
____________________________________________________________________________
Fakta
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS Al-Baqoroh : 164).
Fakta adalah sebagai faktor nyata atau suatu realitas yang ada di suatu tempat dan dalam waktu tertentu tentang apa yang kita amati (lihat ,dengar, raba ,cicip dan cium), realitas yang kita amati itu bisa berupa kejadian, benda simbol sifat dan lain sebagainya. Artinya informasi yang kita peroleh dari sebuah pengamatan. Boleh juga sebagai situasi atau kondisi yang telah terjadi yang diperoleh dari pengalaman iderawi. Fakta saangat bersifat objektif. Jenis fakta yang paling sederhana adalah fakta atomik, yakni fakta paling dasar dan tidak dapat direduksi. Ia tidak dapat dibagi kedalam komponen-komponnen, tetapi merupakan kombinasi dari benda-benda dan objek pengertian. Pada dasarnya fakta atomik tidak dapat dipakai untuk membuktikan adanya fakta atomik lainnya. Atau boleh juga dipakai istilah lain yakni fakta nuklir (inti atom) yang tidak mungkin diurai lagi.
Fakta (bahasa Latinfactus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia atau data keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan.
Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya
Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil pengamatan yang obyektif dan dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun.
Diluar lingkup keilmuan fakta sering pula dihubungkan dengan:
Suatu hasil pengamatan jujur yang diakui oleh pengamat yang diakui secara luas Galat biasa terjadi pada proses interpretasi makna dari suatu pengamatan.
Kekuasaan kadang digunakan untuk memaksakan interpretasi politisi yang benar dari suatu pengamatan.
Suatu kebiasaan yang diamati secara berulang; satu pengamatan terhadap fenomena apapun tidak menjadikan itu sebagai suatu fakta. Hasil pengamatan yang berulang biasanya dibutuhkan dengan menggunakan prosedur atau definisi cara kerja suatu fenomena.
Sesuatu yang dianggap aktual sebagai lawan dari dibuat Sesuatu yang nyata, yang digunakan sebagai bahan interpretasi lanjutan Informasi mengenai subyek tertentu Sesuatu yang dipercaya sebagai penyebab atau makna.
_______________________________________________________
Fakta ilmiah sering dipahami sebagai suatu entitas yang ada dalam suatu struktur sosial kepercayaan, akreditasi, institusi, dan praktik individual yang kompleks.
Dalam filsafat ilmu, sering dipertanyakan (yang paling terkenal adalah oleh (Thomas Kuhn) bahwa fakta ilmiah sedikit banyak selalu dipengaruhi oleh teori (theory-laden), contohnya adalah, untuk mengetahui apa yang harus diukur dan bagaimana cara pengukurannya memerlukan beberapa asumsi mengenai fakta itu sendiri.
______________________________________________________
Sungguhpun emosi tidak dapat dipisahkan daripada fitrah kehidupan manusia, tetapi dalam pembentukan masyarakat bertamadun, akal dan fakta harus diletakkan lebih tinggi daripada emosi.
Dalam sebuah masyarakat yang sedang membentuk serta memperkukuhkan tamadunnya, seperti INDONESIA,MALAYSIA DAN BRUNEI, sesuatu isseu turut ditanggapi oleh setengah pihak dengan akal dan fakta yang berasas kerangka perlembagaan atau fakta berkaitan, kerana inilah kaedah yang lama kelamaan akan memperkasa tamadun( keadaan berkehidupan bermasyarakat).
Akan tetapi setengah pihak akan menanggapi isseu yang sama berasaskan emosi semata-mata, karena emosi boleh menjadi ‘bumbu bahan bakar’ bagi sesuatu  dengan tujuan tertentu, untuk mendapat perhatian, atau untuk mendapat pencptaraan segera, bukan tujuan memperkasa tamadun.
Golongan ini tidak menggunakan perlembagaan atau fakta berkaitan sebagai aksi penghujatan mereka. Golongan ini lebih gemar melakukan pendekatan konfrontasional.
Tidak pernah tercatat, emosi memperkasa sesuatu tamadun umat manusia.
Sebab itu dalam sebuah negara diperlukan jaringan kerjasama sosial, serta organisasi kemasyarakatan yang lebih waras, yang berhujah dan bertindak dengan akal dan fakta, untuk membuat masyarakat berfungi dengan lebih baik.
jangan pusat hanya mendengar tapi menutup telinga dan mata,
Individu dan organisasi yang bertanggungjawab mempunyai kebebasan untuk bersuara secara rasional dan memberi kritikan membina walaupun  pedas seperti  sambel ijo.
Bagaimanapun kaedah yang intelektual  selalu kurang disenangi oleh golongan yang suka membakar emosi,membuat sansionasional dan konfrontasional.
Barometer tamadun sebuah negara dan masyarakat dapat diukur melalui tenang atau tidaknya perjalanan sehari-hari masyarakatnya.
Jika masyarakat sering bergejolak semata-mata akibat pembakaran emosi, maka ia memberi tanda jauhnya dari semangat tamadun yang tinggi.
Akan tetapi individu, organisasi dan masyarakat seluruhnya berkemungkinan akan mencipta suatu gerakan kolektif secara besar-besaran, sekiranya timbul isseu yang melibatkan kepentingan, tujuan serta nilai bersama.
Suatu ‘revolusi‘ terpaksa digerakkan bagi menumbangkan rezim yang menindas kepentingan, tujuan serta nilai murni rakyat yang mengharapkan kehidupan lebih baik sebagai tanda dekatnya dari semangat tamadun yang tinggi.
Negara-negara Arab dan beberapa negara sedang membangun di Asia dan Afrika.
Pendekatan politik pemerintah acap kali disandarkan pada kepentingan jangka pendek, kenapa tidak membuat rancangan program jangka panjang hingga tidak mudah di recokan atau takut akan keadaan globalisasi yang mudah berubah-ubah.
Dalam situasi inilah  membina masyarakat bertamadun melakukan pembetulan, agar berbagai aspek kehidupan masyarakat berfungsi dengan baik, teratur dan berkesan.
Tidak banyak pemerintah yang secara terbuka dan lapang dada menerima kritikan, walaupun kritikan yang membina.
Di negara yang masih jauh dari usaha pemerkasaan tamadun, pengkritik biasanya akan menerima nasib buruknya saja,
“Tanda sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu (perkataan) yang tidak berguna”. (HR. At Tirmidzi).
Kemudian dalam riwayat lain disebutkan, artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berbicara yang baik, atau (kalau tidak bisa) maka agar ia diam”.(HR. Al Bukhari dan Muslim).
___________________________
referensi :
Dadi Darmadi, “IAIN dalam Wacana Intelektual  Islam  Indonesia”  Artikel Pilihan Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam  Departemen Agama RI.
Mulla Shadra, Syarh Ushul al-Kafi, Kitab Al-‘Aql wa Al-Jahl, hadis pertama. Penerbit Mussase-muthala’at wa tahqiqat-e farhangge. Dengan perubahan redaksi seperlunya.
Allamah Thabathaba`i, al-Mizan, tafsir ayat 130 surah al-Baqarah.
Muhaqqiq Lahiji, Syarh Gulsyan-e Raz, hal. 4.
Syaikh Qusyairi, Rasail Qusyayriyyah, halaman 14.
Kasyani, Ishthilahat ash-Shufiyyah, terbitan Bidar, Qum-Iran, hal. 37.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer